Senin, 03 Juni 2013

Agrolanscape Masa Depan



AGROLANDSCAPE MASA DEPAN

1.    Langkah Strategi Untuk Merealisaikan Agrolandscape Masa Depan
Usaha dalam merealisaikan agrolandscape masa depan dapat digunakan cara seperti pendekatan transdisiplin ilmu Ekologi dan Agronomi dengan pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat dilakukan untuk merealisasikan agrolandscape masa depan adalah dengan menggunakan pendekatan pertanian berkelanjutan pada masyarakat secara keseluruhan dengan cara pertanian di perkotaan, pengurangan eutropik di lansdscape, model sistem alami dan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu (Ryszkowski, 2002).
a.       Pertanian di perkotaan
Pertanian di perkotaan merupakan salah satu pertanian yang diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan sehingga pertanian tidak hanya dapat dilakukan pada lahan yang luas tetapi juga pada lahan yang sempit seperti di perkotaan. Secara ekologi dan agronomi akan mempengaruhi kondisi kota dan akan menyeimbangkan anatara suasana beton dengan hijaunya daun pada tanaman. Konsep hutan kota sangat cocok untuk wilayah yang padat penduduk karena dapat mengurangi penurunan suhu udara yang terjadi di kota-kota besar (Sundari, Eva, 2007). Ruang hijau ini juga dapat digunakan sebagai taman rekreasi yang berfungsi untuk melepas permasalahan yang muncul setiap harinya sehingga dapat kembali beraktivitas dengan keadan yang segar.

Sumber: Sundari, Eva, 2007
Gambar 1. Konsep hutan kota
b.      Pengurangan eutropik di lansdscape
Pengurangan etropik pada landscape dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia pada lahan pertanian seperti penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang akan berdampak pada perkembangan dan pertumbuhan tanaman air serta organisme air yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Misalkan peledakan fitoplankton dapat menyebabkan masalah lingkungan karena akan mencemari sumberdaya air, meningkatkan pH air, berdampak buruk pada organisme lainnya dan lain-lain sehingga dilakukan pencegahan dengan cara pengurangan bahan kimia yang digunakan terutama pada lahan pertanian (Suryanto, 2011).


Sumber: Suryanto, 2011
Grafik 1. Kelimpahan relative kelimpahan fitoplankton
c.       Model sistem alami
Model sistem alami ini merupakan pengendalian kerusakan yang bantu oleh manusia tetapi alam yang bekerja untuk menyeimbangkan kerusakan dan perubahan yang terjadi. Dalam model sistem alami ini diharapkan terjadi perubahan yang seimbang pada ekosistem sehingga ekosistem dapat berjalan sebagaimana mestinya.

d.      Integrasi dari disiplin ilmu yang terfragmentasi
Integrasi ilmu ini dilakukan dengan cara melakukan perbaikan alam dengan pendekatan berbagai disiplin ilmu misalkan integrasi antara ekologi dan agronomi sebagai penyeimbangan pertanian yang berkelanjutan dan lain-lain. Pengembangan pertanian dengan sistem budidaya agroforestry merupakan salah satu pendekatan ilmu agronomi dengan ekologi untuk keberlanjutan pertanian. Secra agonomi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam tanaman yang ditanam dibawah pohon-pohon besar sedangkan secara ekologi sangat berguna karena memiliki berbagai macam keragaman hayati (Istomo, et al, 2011).

Sumber: Istomo, et al, 2011
Table 2. banyaknya mikroorganisme yang terkandung di lahan agroforestri

2.    Alasan Penggunaan Model Klimatik Pada Agrolanscape Masa Depan
Model klimatik digunakan pada agrolanscape karena memperhatikan keseimbangan antara air dan daerah aliran sungai. Air merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan dalam kehidupan makhluk hidup karena 98% makhluk hidup menggantung hidupnya dengan memanfaatkan air. Isu perubahan iklim yang terjadi saat ini membuat perubahan terutama terhadap curah hujan pada setiap daerah (Nugroho, 2009).  Dalam bidang Pertanian air ini dibutuhkan untuk proses fisiologis tanaman. Perubahan curah hujan yang terjadi saat ini dapat berakibat perubahan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada terutama terjadi perubahan sedimentasi pada sungai tersebut (Poerbandono, dkk, 2006). Sedimentasi ini disebabkan oleh adanya erosi yang diakibatkan debit air yang terjadi terlalu tinggi sehingga terjadi pengikisan air sungai didaerah tepian sungai sehingga ketika terjadi erosi yang berlangsung terus-menerus akan terjadi penumpukan sedimentasi yang tererosi dengan perantara air sungai pada bagian hilir sungai dan mengakibatkan pendangkalan sungai pada bagian hilir dan dapat merusak ekosistem yang ada di hulu sungai (Poerbandono, dkk, 2006). Perubahan sedimentasi yang terjadi dibagian hilir DAS akan mempengaruhi perubahan lahan yang ada misalnya hutan berubah menjadi lahan terbuka dan lain-lain. Pemanfaatan DAS ini digunakan untuk pengairan lahan pertanian dalam menyuplai kebutuhan air bagi tanaman. Perubahan penurunan debit air ini disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti kurangnya pasokan air sehingga menimbulkan kekeringan, peningkatan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan (Nugroho, 2009).

Sumber: Nugroho, 2009
Table 3. pola kecenderungan debit sungai tahunan di bagian hulu DAS

Sumber: Poerbandono, dkk, 2006
Gambar 1. Perubahan tata guna lahan pada DAS hulu Citarum tahun 1994-2001

Dampak dari sedimentasi dapat mengakibatkan terjadinya bencana seperti banjir pada musim hujan dan kekeringan disekitar DAS pada musim kemarau sehingga sangat penting dilakukan pendekatan klimatik dalam mengantisispasi dampak tersebut dengan berbagai rancangan yang memperhatikan keseimbangan alam. Pendekatan dengan model klimatik ini perlu dilakukan karena memiliki fungsi sebagai pengambilan langkah untuk mengatasi permasalahan yang ada pada landscape dengan memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perubahan wajah landscape terutama dalam kberlanjutan sumberdaya air yang dibutuhkan bagi kehidupan makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada DAS sangat berpengaruh dalam keseimbangan ekosistem yang ada dibagian hulu dan hilir. Dengan memperhatikan cara pengelolaan perbaikan yang memperhatikan faktor ekologi diharapkan dapat memperbaiki dan membangun kembali ekosistem yang hilang sehingga dicapai keberlanjutan.

3.    Menyeimbangkan Kebutuhan Manusia Antara Social-Ekonomi Dan Lingkungan
Kebutuhan perlu manusia dilakukan dengan seimbang karena salah satu kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan berdampak pada psikologi terutama pola fikir misalnya kebutuhan yang terpenuhi hanya kebutuhan ekonomi saja maka akan menyebabkan terjadinya dampak social dan lingkungan yang kurang diperhatikan oleh manusia tersebut sehingga menggunakan potensi alam dengan seenaknya sendiri tanpa memperhitungkan kerusakan yang akan terjadi di masa depan dan dapat juga mengakibatkan perubahan landscape yang ada (Ryszkowski, 2002). Dalam menyeimbangkan kedua kebutuhan manusia tersebut perlu dilakukan dengan menggunakan metode pembangunan desa secara berkelanjutan. Desa merupakan salah satu wilayah untuk pertanian yang memiliki dampak yang besar sehingga perlu adanya pengembangan desa dan membantu pemasokan berbagai kebutuhan terutama dalam bidang pertanian (Ryszkowski, 2002). Pembangunan desa ini memiliki manfaat sebagai pengembangan potensi alam yang ada karena selama ini banyak daerah terpencil yang memiliki potensi alam yang banyak tetapi masyarakat belum mengetahui bagaimana cara mengolah potensi tersebut.
Contohnya metode pembangunan desa secara berkelanjutan adalah potensi hutan rakyat. Dari sisi nilai ekonomi kayu rakyat memiliki fungsi sebagai tabungan yang dapat digunakan dalam kondisi krisis contohnya digunakan untuk pendidikan anaknya dan lain-lain. Tetapi, kualitas batang yang ditebang relatif rendah, karena umumnya yang ditebang adalah pohon yang masih muda. Penjualan hasil dari hutan rakyat digunakan dalam untuk bertahan hidup dan peningkatan penghasilan keluarga. Hal tersebut menggambarkan bahwa masyarakat berfikir untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga masyarakat menjual apapun yang dapat dihasilkan oleh mereka karena semakin hari kebutuhan hidup terus meningkat. Dari segi social dalam masyarakat memiliki berbagai macam adat istiadat yang berkaitan erat dengan kebudayaan masyarakat sekitar. Dalam budaya masyarakat memiliki kepercayaan ketika satu tanaman tumbuh maka ada tanaman pengganti dan mitos-mitos yang ada. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan sehingga tidak merusak sistem ekosistem didalamnya dan sumberdaya air (Achmad, dkk, 2012). Tingkat kepercayaan masyarakat dalam hal-hal larangan yang ada pada adat masyarakat dapat membantu menjaga tingkat keseimbangan alam seperti penebangan tanaman, penanaman jenis kayu tertentu dan lain-lain (Achmad, dkk, 2012). Secara ekologi keseimbangan alam selalu terjaga dan juga dapat bermanfaat bagi masyarakat serta dapat menambah keragaman hayati hutan jika terjadi tanahnya gundul bisa berdampak buruk. Keragaman pada lahan yang tertera didata diatas memberikan sumbangan terhadap penggunaan lahan sehingga meningkatkan jenis pohon yang tumbuh pada lahan tersebut (Rahayu, dkk, 2008).
.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, dkk. 2012. Persepsi Petani terhadap Pengelolaan dan Fungsi Hutan Rakyat Di Kabupaten Ciamis. Jurnal Bumi Lestari 12 (1): 123-136.
Istomo, et al. 2011. Pengaruh Agroforestry Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) terhadap Kualitas Produktivitas Lahan dan Kuantitas Lingkungan di Areal Perum Perhutani KPH Bogor. Jurnal Silvikultur Tropika 3 (1): 113-118.
Nugroho, Sutopo P. 2009. Perubahan Watak Hidrologi Sungai-Sungai bagian Hulu Di Jawa. JAI 5 (2): 112-118.
Poerbandono, dkk. 2006. Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan 2 (2): 21-28.
Sundari, Eva, 2007. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah Lingkungan. Jurnal PWK Unisba: 68-83.
Suryanto, 2011. Kelimpahan Dan Komposisi Fitoplankton di Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Jurnal Kelautan 4 (2): 34-39.
Rahayu, dkk, 2008. Pengelolaan Lanskap Multifungsi: Pendekatan Alternatif dalam Konservasi Tumbuhan Kayu. Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159: 411-422
Ryszkowski. 2002. Landscape Ecology in Agroecosystems Management. CRC Press LLC: Florida.