AGROLANDSCAPE
MASA DEPAN
1.
Langkah Strategi
Untuk Merealisaikan Agrolandscape Masa Depan
Usaha dalam merealisaikan agrolandscape
masa depan dapat digunakan cara seperti pendekatan transdisiplin ilmu Ekologi
dan Agronomi dengan pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat dilakukan untuk
merealisasikan agrolandscape masa depan adalah dengan menggunakan pendekatan
pertanian berkelanjutan pada masyarakat secara keseluruhan dengan cara
pertanian di perkotaan, pengurangan eutropik di lansdscape, model sistem alami
dan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu (Ryszkowski, 2002).
a.
Pertanian
di perkotaan
Pertanian di perkotaan merupakan salah
satu pertanian yang diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan sehingga
pertanian tidak hanya dapat dilakukan pada lahan yang luas tetapi juga pada
lahan yang sempit seperti di perkotaan. Secara ekologi dan agronomi akan
mempengaruhi kondisi kota dan akan menyeimbangkan anatara suasana beton dengan
hijaunya daun pada tanaman. Konsep hutan kota sangat cocok untuk wilayah yang
padat penduduk karena dapat mengurangi penurunan suhu udara yang terjadi di
kota-kota besar (Sundari, Eva, 2007). Ruang hijau ini juga dapat digunakan
sebagai taman rekreasi yang berfungsi untuk melepas permasalahan yang muncul
setiap harinya sehingga dapat kembali beraktivitas dengan keadan yang segar.
Sumber: Sundari, Eva, 2007
Gambar 1. Konsep hutan kota
b.
Pengurangan
eutropik di lansdscape
Pengurangan etropik pada landscape
dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia pada lahan pertanian seperti
penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang akan berdampak pada perkembangan dan
pertumbuhan tanaman air serta organisme air yang dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem. Misalkan peledakan fitoplankton dapat menyebabkan masalah lingkungan
karena akan mencemari sumberdaya air, meningkatkan pH air, berdampak buruk pada
organisme lainnya dan lain-lain sehingga dilakukan pencegahan dengan cara
pengurangan bahan kimia yang digunakan terutama pada lahan pertanian (Suryanto,
2011).
Sumber:
Suryanto, 2011
Grafik 1. Kelimpahan relative kelimpahan
fitoplankton
c.
Model
sistem alami
Model sistem alami ini merupakan
pengendalian kerusakan yang bantu oleh manusia tetapi alam yang bekerja untuk
menyeimbangkan kerusakan dan perubahan yang terjadi. Dalam model sistem alami
ini diharapkan terjadi perubahan yang seimbang pada ekosistem sehingga
ekosistem dapat berjalan sebagaimana mestinya.
d.
Integrasi
dari disiplin ilmu yang terfragmentasi
Integrasi ilmu ini dilakukan dengan cara
melakukan perbaikan alam dengan pendekatan berbagai disiplin ilmu misalkan
integrasi antara ekologi dan agronomi sebagai penyeimbangan pertanian yang
berkelanjutan dan lain-lain. Pengembangan pertanian dengan sistem budidaya
agroforestry merupakan salah satu pendekatan ilmu agronomi dengan ekologi untuk
keberlanjutan pertanian. Secra agonomi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam tanaman yang ditanam dibawah pohon-pohon besar sedangkan secara
ekologi sangat berguna karena memiliki berbagai macam keragaman hayati (Istomo,
et al, 2011).
Sumber:
Istomo, et al, 2011
Table 2. banyaknya mikroorganisme
yang terkandung di lahan agroforestri
2.
Alasan
Penggunaan Model Klimatik Pada Agrolanscape Masa Depan
Model klimatik
digunakan pada agrolanscape karena memperhatikan keseimbangan antara air dan
daerah aliran sungai. Air merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan
dalam kehidupan makhluk hidup karena 98% makhluk hidup menggantung hidupnya
dengan memanfaatkan air. Isu perubahan iklim yang terjadi saat ini membuat
perubahan terutama terhadap curah hujan pada setiap daerah (Nugroho,
2009). Dalam bidang Pertanian air ini
dibutuhkan untuk proses fisiologis tanaman. Perubahan curah hujan yang terjadi
saat ini dapat berakibat perubahan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada terutama
terjadi perubahan sedimentasi pada sungai tersebut (Poerbandono, dkk, 2006).
Sedimentasi ini disebabkan oleh adanya erosi yang diakibatkan debit air yang terjadi
terlalu tinggi sehingga terjadi pengikisan air sungai didaerah tepian sungai
sehingga ketika terjadi erosi yang berlangsung terus-menerus akan terjadi
penumpukan sedimentasi yang tererosi dengan perantara air sungai pada bagian
hilir sungai dan mengakibatkan pendangkalan sungai pada bagian hilir dan dapat
merusak ekosistem yang ada di hulu sungai (Poerbandono, dkk, 2006). Perubahan
sedimentasi yang terjadi dibagian hilir DAS akan mempengaruhi perubahan lahan
yang ada misalnya hutan berubah menjadi lahan terbuka dan lain-lain.
Pemanfaatan DAS ini digunakan untuk pengairan lahan pertanian dalam menyuplai
kebutuhan air bagi tanaman. Perubahan penurunan debit air ini disebabkan oleh berbagai
macam masalah seperti kurangnya pasokan air sehingga menimbulkan kekeringan,
peningkatan pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan (Nugroho, 2009).
Sumber:
Nugroho, 2009
Table
3. pola kecenderungan debit sungai tahunan di bagian hulu DAS
Sumber: Poerbandono, dkk, 2006
Gambar 1.
Perubahan tata guna lahan pada DAS hulu Citarum tahun 1994-2001
Dampak dari
sedimentasi dapat mengakibatkan terjadinya bencana seperti banjir pada musim
hujan dan kekeringan disekitar DAS pada musim kemarau sehingga sangat penting
dilakukan pendekatan klimatik dalam mengantisispasi dampak tersebut dengan
berbagai rancangan yang memperhatikan keseimbangan alam. Pendekatan dengan
model klimatik ini perlu dilakukan karena memiliki fungsi sebagai pengambilan
langkah untuk mengatasi permasalahan yang ada pada landscape dengan
memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi perubahan wajah landscape
terutama dalam kberlanjutan sumberdaya air yang dibutuhkan bagi kehidupan
makhluk hidup. Perubahan yang terjadi pada DAS sangat berpengaruh dalam
keseimbangan ekosistem yang ada dibagian hulu dan hilir. Dengan memperhatikan
cara pengelolaan perbaikan yang memperhatikan faktor ekologi diharapkan dapat
memperbaiki dan membangun kembali ekosistem yang hilang sehingga dicapai
keberlanjutan.
3.
Menyeimbangkan
Kebutuhan Manusia Antara Social-Ekonomi Dan Lingkungan
Kebutuhan perlu manusia dilakukan dengan
seimbang karena salah satu kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka akan
berdampak pada psikologi terutama pola fikir misalnya kebutuhan yang terpenuhi hanya
kebutuhan ekonomi saja maka akan menyebabkan terjadinya dampak social dan lingkungan
yang kurang diperhatikan oleh manusia tersebut sehingga menggunakan potensi
alam dengan seenaknya sendiri tanpa memperhitungkan kerusakan yang akan terjadi
di masa depan dan dapat juga mengakibatkan perubahan landscape yang ada
(Ryszkowski, 2002). Dalam menyeimbangkan kedua kebutuhan manusia tersebut perlu
dilakukan dengan menggunakan metode pembangunan desa secara berkelanjutan. Desa
merupakan salah satu wilayah untuk pertanian yang memiliki dampak yang besar
sehingga perlu adanya pengembangan desa dan membantu pemasokan berbagai
kebutuhan terutama dalam bidang pertanian (Ryszkowski, 2002). Pembangunan desa
ini memiliki manfaat sebagai pengembangan potensi alam yang ada karena selama
ini banyak daerah terpencil yang memiliki potensi alam yang banyak tetapi
masyarakat belum mengetahui bagaimana cara mengolah potensi tersebut.
Contohnya
metode pembangunan desa secara berkelanjutan adalah potensi hutan rakyat. Dari
sisi nilai ekonomi kayu rakyat memiliki fungsi sebagai tabungan yang dapat
digunakan dalam kondisi krisis contohnya digunakan untuk pendidikan anaknya dan
lain-lain. Tetapi, kualitas batang yang ditebang relatif rendah, karena umumnya
yang ditebang adalah pohon yang masih muda. Penjualan hasil dari hutan rakyat
digunakan dalam untuk bertahan hidup dan peningkatan penghasilan keluarga. Hal
tersebut menggambarkan bahwa masyarakat berfikir untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari sehingga masyarakat menjual apapun yang dapat dihasilkan oleh
mereka karena semakin hari kebutuhan hidup terus meningkat. Dari segi social
dalam masyarakat memiliki berbagai macam adat istiadat yang berkaitan erat
dengan kebudayaan masyarakat sekitar. Dalam budaya masyarakat memiliki
kepercayaan ketika satu tanaman tumbuh maka ada tanaman pengganti dan
mitos-mitos yang ada. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kelestarian hutan
sehingga tidak merusak sistem ekosistem didalamnya dan sumberdaya air (Achmad,
dkk, 2012). Tingkat kepercayaan masyarakat dalam hal-hal larangan yang ada pada
adat masyarakat dapat membantu menjaga tingkat keseimbangan alam seperti
penebangan tanaman, penanaman jenis kayu tertentu dan lain-lain (Achmad, dkk,
2012). Secara ekologi keseimbangan alam selalu terjaga dan juga dapat
bermanfaat bagi masyarakat serta dapat menambah keragaman hayati hutan jika terjadi tanahnya gundul bisa berdampak buruk. Keragaman
pada lahan yang tertera didata diatas memberikan sumbangan terhadap penggunaan
lahan sehingga meningkatkan jenis pohon yang tumbuh pada lahan tersebut (Rahayu,
dkk, 2008).
.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,
dkk. 2012. Persepsi Petani terhadap Pengelolaan dan Fungsi Hutan Rakyat Di Kabupaten
Ciamis. Jurnal Bumi Lestari 12 (1):
123-136.
Istomo,
et al. 2011. Pengaruh Agroforestry
Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)
terhadap Kualitas Produktivitas Lahan dan Kuantitas Lingkungan di Areal Perum
Perhutani KPH Bogor. Jurnal Silvikultur
Tropika 3 (1): 113-118.
Nugroho,
Sutopo P. 2009. Perubahan Watak Hidrologi Sungai-Sungai bagian Hulu Di Jawa. JAI 5 (2): 112-118.
Poerbandono,
dkk. 2006. Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu
dengan Pemodelan Spasial. Jurnal
Infrastruktur dan Lingkungan Binaan 2 (2): 21-28.
Sundari, Eva,
2007. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah Lingkungan. Jurnal
PWK Unisba: 68-83.
Suryanto, 2011.
Kelimpahan Dan Komposisi Fitoplankton di Waduk Selorejo Kecamatan Ngantang
Kabupaten Malang. Jurnal Kelautan 4 (2): 34-39.
Rahayu,
dkk, 2008. Pengelolaan Lanskap
Multifungsi: Pendekatan Alternatif dalam Konservasi Tumbuhan Kayu. Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159: 411-422
Ryszkowski.
2002. Landscape Ecology in Agroecosystems
Management. CRC Press LLC: Florida.