BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kedelai merupakan salah
satu komuditas tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama di
Indonesia. Jumlah kedelai yang diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk
memenuhi permintaan pasar karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
tentang bagaimana cara membudidayakan kedelai yang benar dan baik dan tanah
atau lahan untuk tanaman kedelai
telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain. Kedelai
sebagai bahan pokok untuk produksi industri rumah tangga seperti pembuatan
tempe dan tahu. Tanaman kedelai ini dapat bersimbiosis mutualisme dengan
mikroorganisme tanah seperti rhizobium. Rhizobium ini dapat meningkatkan
kebutuhan N bagi tanaman.
Kedelai merupakan salah satu tanaman C3 yang berarti tidak banyak membutuhkan sinar matahari
yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman tersebut dan peka terhadap pencahayaan.
Tanaman C3
merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang lebih rendah sehingga tanaman ini dapat
membentuk rantai carbon sebanyak 3
buah dalam menambat carbon dioksida (CO2) dalam melangsungkan
fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995). Untuk tanaman kedelai tidak perlu diadakan naungan karena salah
satu tanaman C3
sehingga tanaman kedelai lebih efektif pada suhu antara 23-270
C dan ketinggian antara 0,5-500
m dari permukaan laut. Tanaman kedelai
termasuk tanaman dikotil
yang berarti memiliki kayu pada bagian
batangnya dan termasuk dalam famili polog-polongan.
Mikroorganisme tanah
dapat menguntungkan bagi tanaman karena mikroorganisme ini dapat menyediakan
unsur dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu mikroorganisme yang
menguntunggkan bagi tanaman adalah jamur mikoriza yang melakukan simbiosis oleh
akar tanaman dan menyediakan unsur P yang dimanfaatkan oleh tanaman. Untuk
mengisolasi mikroorganisme tanah dapat dilakukan dengan cara prosedur
bakteriologis biasa dan menggunakan media yang sederhana (Sutedjo, dkk, 1991).
Tetapi juga pada tanaman kedelai ini juga banyak terdapat mikroorganisme yang
menguntungkan bagi tanaman tersebut yaitu rhizobium
sp. yang dapat menambat N yang ada pada udara.
Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat hidup pada kondisi
yang lembab seperti pada media tanam yang lembab dan lain-lain. Jamur juga ada
yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan bagi tanaman. Jamur yang
menguntungkan bagi tanaman seperti mikoriza karena jamur ini mensuplai unsur
hara dan mineral bagi tanaman, sedangkan yang merugikan tanaman adalah jamur
yang dapat menjadi inang penyakit tanaman. Jamur dapat menghasilkan suatu enzim
yang berguna bagi makluk hidup lainnya maupun dapat juga merugikan bagi makluk
hidup tersebut. Salah satu enzim yang dihasilkan jamur adalah inulinase.
Inulinase adalah enzim hidrolitik yang mengkatalisis reaksi hidrolisis
polisakarida inulin menjadi fruktosa dan atau fruktooligosakarida. Pembuatan
preparat jamur ini digunakan sebagai mengetahui morfologi jamur dan cara menginfeksi
pada inangnya baik bagi yang menguntungkan maupun merugikan tanaman (Haryanto,
2008). Pada tanaman kedelai jamur yang paling banyak menyerang adalah Phakopsora pachyrhizi yang banyak
menyerang daun tanaman yang biasa disebut oleh penyakit karat daun.
1.2
Tujuan
1.
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi penyakit
yang ada dilapang.
2.
Mahasiswa mampu merekombinasikan yaitu
menerangkan penyebab penyakit yang sebenarnya setelah melihat dari observasi
lapang.
3.
Mahasiswa mampu memberikan solusi pengendalian
yang tepat dan ramah lingkungan terhadap OPT dan penyakit tanaman.
1.3
Manfaat
1. dapat
melakukan identifikasi penyakit yang ada dilapang.
2. Dapat
memberi rekomendasi dari identifikasi yang telah dilakukan baik di laboratorium
maupun di lapang.
3. Dapat
memberikan solusi cara pengendalian yang ramah lingkungan.
BAB
2 METODOLOGI
2.1
Tempat
dan Waktu
Praktikum Klinik Tanaman HPT yang dilakukan di Fakultas Pertanian
Universitas Jember di Laboratorium Penyakit Tumbuhan pada hari Kamis, tanggal
07 Maret 2013 pukul 15.00 WIB – selesai, sedangkan observasi lapang dilakukan
di Desa Darungan RT 05 RW 02 Kecamatan Jubung Kabupaten
Jember pada hari Sabtu tanggal 23 Februari 2013 pukul 10.00 WIB.
2.2
Alat
dan Bahan
2.2.1
Alat
1. Cawan
petri
2. Pinset
3. Microskop
4. Cutter/pisau
pemotong
5. Lampu
Bunsen
2.2.2
Bahan
1. Daun
kedelai yang sakit
2. Aquades
3. Alkohol
70%
4. KOH
5. Media
Agar NA dan PDA
6. Kertas
A4
7. Pensil
2.3
Cara
Kerja
2.3.1.
Cara
Kerja Observasi ke Petani
1.
Menentukan lokasi observasi
2.
Mewancarai petani untuk mencari informasi yang
ada saat dilapang
3.
Menulis hasil wawancara
4.
Dokumensi foto-foto gejala maupun OPT yang
ditemukan
2.3.2.
Cara
Kerja Identifikasi Hama
1.
Menentukan lokasi yang diteliti
2.
Mengamati hama apa saja yang terdapat pada
lahan tersebut
3.
Mendokumentasikan foto hama yang ditemukan
4.
Mengambil sampel tanaman yang diserang
5.
Menggambar hama yang didapatkan, dan
mengklasifikasikannya
2.3.3.
Cara
Kerja Identifikasi Gulma
1. Menentukan
lokasi yang diteliti
2. Mengamati
hama apa saja yang terdapat pada lahan tersebut
3. Mendokumentasikan
foto gulma yang ditemukan
4. Mengambil
sampel gulma yang dominan
5. Menggambar
gulma yang didapatkan, dengan memberikan keterangan dan mengklasifikasikannya
2.3.4.
Cara
Kerja Identifikasi Penyakit
1.
Melakukan observasi lapang terlebih dahulu
untuk mencari informasi yang ada saat dilapang.
2.
Mendokumentasikan tanaman yang terserang
penyakit
3.
Mengambil sampel tanaman yang terserang
penyakit
4.
tanaman yang daunnya terdapat gejala dilap
dengan alkohol.
5.
Setelah itu potong-potong daun kecil-kecil
berjumlah delapan potongan.
6.
Taruh potogan pada cawan petri yang berisi
aquades.
7.
Kemudian isolasi bakteri dan jamur
8.
Sebelum melakukan percobaan di dalam
lamina, tangan disterilkan dengan menggunakan cairan alkohol dengan cara
disemprot kemudian diusapkan agar merata
9.
Petri dipanaskan pada pinggirannya
dengan cara diputar – putar di atas pembakar bunshen minimal tiga kali.
10. Sterilkan
pinset dengan mencelup alkohol dan memanaskannya sampai tiga kali lalu ambil
daun yang direndam aquades.
11. Untuk
jamur dibiakkan di media PDA dan bakteri pada NA.
12. Inokulum
yang ada dalam petri diinkubasi dalam inkubator, untuk bakteri 24 jam dan jamur
2 hari.
13. Amati
bakteri dengan menguji untuk mengetahui sifat bakteri.
14. Amati
jamur dengan menggunakan microskop
2.3.5.
Cara
Kerja Identifikasi Nematoda
1.
Mengambil tanaman jeruk yang sakit
2.
Akar tanaman jeruk dibersihkan dengan
menggunakan air sampai bersih
3.
Memotong akar tanaman jeruk yang mempunyai pupu
akar
4.
Memotong akar kecil-kecil sekitar 1 cm
5.
Menaruh akar yang telah terpotong kedalam petri
yang sudah terisi dengan air
6.
Mengamati nematoda dengan mikroskop
7.
Menghitung berapa nematoda yang ditemukan,
mengamati karakteristiknya
8.
Mendokumetasikan dengan foto.
BAB
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
--------------------------------
3.1
Pembahasan
Dari data observasi
yang dilakukan dengan bapak Sugiyono pada pertanaman kedelai yang
dilakukan dengan menggunakan lahan
seluas 5 ha yang berada pada desa Darungan kecamatan Jubung sebelum dilakukan
penanaman kedelai yaitu digunakan untuk pertanaman tembakau sedangkan untuk
kedelai sendiri merupakan bagian dari proyek dari PT Mitra Tani yang menanam
kedelai selama musim hujan. Wilayah observasi dari kelompok kami adalah wilayah
barat dengan daerah Tanggul, Jubung, dan Panti tetapi kami memilih wilayah
Jubung untuk efisiensi waktu serta efisiensi biaya yang dikeluarkan. Dalam
mengendalikan OPT tanaman kedelai dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida
kimi karena alasan efisiensi waktu dan juga biaya yang harus dikeluarkan. Pada
saat observasi lapang tanaman kedelai baru berumur 2 bulan sehingga tanaman
kedelai ini banyak yang rentan serangan OPT baik hama maupun penyakit.
Penanaman kedelai di
daerah tersebut dilakukan dengan cara pemupukan yang relative seimbang
menggunakan Urea, SP-36 dan KCl tetapi ketika tanaman tidak terlihat lebih
segar maka petani menambahkan dosis pupuk yang digunakan terutama pupuk Urea
sehingga tanaman dapat terlihat segar. Tetapi apa yang kami temukan dilapang
sebagian tanaman yang mengalami kekeringan pada bagian daun tanaman akibat
pemberian dosis pupuk yang diberikan oleh petani. Pak Sugiyono sendiri tidak
memberitahu kami masalah waktu pemupukan yang dilakukan yang dilakukan pak
Sugiyono hanya memberikan pupuk yang seimbang untuk tanaman kedelai pada saat
awal penanaman tanaman. Penggunaan pupuk anorganik menjadi pilihan yang banyak
dilakukan oleh petani kedelai didaerah tersebut karena juga memperhitungkan
biaya dan waktu yang harus digunakan sebaik mungkin.
Untuk hama yang
ditemukan pada pertamanan kedelai pak Sugiyono terdapat hama belalang hijau dan
ulat grayak karena dalam identifikasi yang dilakukan daun-daun terdapat banyak
yang berlubang yang meninggalkan tulang daunnya saja. Untuk pertanaman sekitar
tanaman kedelai adalah tanaman padi dan terdapat sedikit tanaman kacang panjang
sehingga menyebabkan populasi dari belalang dan ulat grayak banyak terdapat
disekitar lahan tanaman kedelai. Untuk belalang
hijau (Oxyea chinensis) yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
kedelai dengan cara menggigit bagian tanaman seperti batang, pangkal batang dan
lain-lain. Untuk hama ulat grayak sulit untuk ditemukan dalam pertanaman
kedelai didaerah tersebut yang banyak ditemukan adalah ngengat atau serangga
dewasa yang banyak ditemukan dari pertanaman kedelai tersebut. Untuk hari
pertama kunjungan observasi lapang masih sedikit tanaman kedelai yang terserang
oleh penyakit sedangkan ketika kunjungan kedua lapang sudah hampir banyak
tanaman yang terserang terutama penyakit karat daun.
Pada observasi hama
yang banyak dijumpai adalah belalang hijau (Oxyea
chinensis) yang memiliki ciri-ciri seperti Tubuh belalang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala,
dada (thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi,
2 pasang sayap, dan 2 antena. Kaki belakang yang panjang digunakan untuk
melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan. Meskipun
tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada belalang
disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap. Tympanum
berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa prosesor dan
saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara fungsional mirip
dengan gendang telinga manusia. Belalang bernafas dengan trakea. Mata belalang
mempunyai 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk dalam
kelompok hewan berkerangka luar (exoskeleton). Belalang betina berukuran lebih
besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan belalang jantan
49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram. Kemudian yang
mempunyai antena relatif pendek dan tebal (short-horned grasshoppers), Locusts
adalah sebutan untuk grasshoppers yang mengalami perubahan warna dan
prilaku diakibatkan oleh tingginya tingkat populasi yang ada. Belalang adalah
hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis tidak sempurna
adalah metamorfosis yang hanya memiliki 3 tahap, yaitu telur, nimfa, dan imago
(dewasa). Dimana tampilan fisik antara nimfa dan imago tidak jauh berbeda.
Selain belalang yang banyak dijumpai
dalam observasi ada juga ulat grayak yang sering menjadi masalah dalam
pertanaman kedelai. Ulat grayak memiliki ciri-ciri gejala seperti Ulat
Grayak ini merupakan hama pada hampir semua tanaman baik dari tanaman pangan
seperti padi, kedele dan jagung, juga pada tanaman hortikultura seperti cabe,
kubis, kacang panjang dan lainnya. Ulat grayak juga menyerang tanaman
perkebunan seperti tembakau. Bahkan ulat ini juga menyerang berbagai macam
gulma seperti
Limnocharis sp., Passiflora
foetida , Ageratum
sp., Cleome sp.,
Clibadium sp., dan Trema sp. Serangan
Ulat ini terjadi pada stadium larva (ulat). Larva yang masih
muda merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis
bagian atas (transparan) dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang
daun dan kadang-kadang menyerang
polong. Biasanya larva berada di
permukaan bawah daun dan menyerang
secara serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat.
Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim kemarau, dan menyebabkan
defoliasi daun yang sangat berat. Telur berbentuk
hampir bulat dengan bagian dasar melekat pada daun (kadang- kadang
tersusun dua lapis), berwarna coklat kekuningan, . Telur diletakkan pada bagian daun atau
bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman inang maupun
bukan inang. Bentuk telur ber- variasi.
Kelompok telur tertutup bulu seperti
beludru yang berasal dari bulu-
bulu tubuh bagian ujung ngengat betina, berwarna kuning kecoklatan.
Siklus hidup dari hama ini adalah produksi telur mencapai
3.000 butir per induk betina, tersusun atas 11 kelompok dengan rata-rata 25
-200 butir per kelompok. Stadium telur berlangsung selam 3 hari. Setelah telur
menetas, ulat tinggal untuk sementara waktu di tempat telur diletakkan.
Beberapa hari kemudian, ulat tersebut berpencaran. Larva mempunyai warna yang
bervariasi, memiliki kalung (bulan sabit)
berwarna hitam pada
segmen abdomen keempat dan kesepuluh .Pada
sisi lateral dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas
berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok. Beberapa hari setelah
menetas tergantung
pada ketersediaan makanan yang ada, larva menyebar
dengan menggunakan benang
sutera dari mulutnya. Pada siang hari, larva bersembunyi di dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang tanaman pada malam hari
atau pada
intensitas cahaya matahari yang rendah. Biasanya ulat berpindah ke
tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Stadium ulat terdiri atas 6 instar yang
berlangsung selama 14 hari. Ulat instar I, II dan III, masing-masing
berlangsung sekitar 2 hari. Ulat berkepompong di dalam tanah. Stadia kepompong
dan ngengat, masing-masing berlangsung selama 8 dan 9 hari. Ngengat meletakkan
telur pada umur 2-6 hari. Ulat muda menyerang daun hingga tertinggal epidermis
atas dan tulang-tulang daun saja. Ulat tua merusak pertulangan daun hingga
tampak lobang-lobang bekas gigitan ulat pada daun. Seekor ngengat betina dapat
meletakkan 2.000--3.000 telur.
Sayap ngengat bagian depan berwarna
coklat atau keperakan, dan sayap belakang
berwarna keputihan dengan bercak hitam . Kemampuan terbang ngengat
pada malam hari mencapai 5 km.
Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora
pachyrhizi berasal dari kelompok Basidiomycetes. Phakopsora pachyrizhy
mempunyai uredium pada sisi bawah dan atas daun, coklat muda sampai coklat,
bergaris tengah 100-200 µm, sering tersebar merata memenuhi permukaan daun.
Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk penutup yang mirip dengan kubah diatas
uredium. Parafisa membengkok dan berbentuk gada atau mempunyai ujung
membengkak, hialin atau berwarna jerami dengan ruang sel sempit. Ujungnya
berukuran 7,5-15µm dengan panjang 20-47µm. Uredium bentuknya mirip dengan
gunung api kecil yang dibentuk di bawah epidermis, jika dilihat dari atas
berbentuk bulat atau jorong. Di pusat bagian uredium yang menonjol berbentuk
lubang yang menjadi jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek,
bulat telur atau jorong, hialin sampai coklat kekuningan, dengan dinding tebal
yang hialin dan berduri halus.
Penyakit ini memiliki gejala pada daun pertama kedelai muda
dapat terjadi dua macam bercak, yaitu yang mempunyai halo berwarna coklat dan
yang tidak. Gejala tampak pada daun, tangkai, dan kadang-kadang pada tangkai.
Awalnya terjadi bercak-bercak kecil coklat kelabu atau bercak yang sedikit demi
sedikit berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak karat terlihat sebelum
bisul-bisul (pustul) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh
tulang daun di dekat terjadinya infeksi. Pada umumnya serangan terjadi pada
permukaan bawah daun dan serangan awal biasanya terjadi pada daun-daun bawah
yang kemudian berkembang ke daun yang lebih atas. Penyakit karat kedelai
biasanya mulai menyerang pada saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah tanam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit
adalah suhu optimum untuk perkecambahan uredospora adalah 15-25 C. pada kedelai
infeksi paling banyak terjadi pada suhu 20-25 C dengan embun selama 10-12 jam;
pada suhu 15-17 C diperlukan embun selama 16-18 jam. Masa berembun terpendek
untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-25 C adalah 6 jam, sedang pada suhu 15-17
C adalah 8-10 jam. Infeksi tidak terjadi bila suhu lebih tinggi dari 27,5 C.
Bakal uredium mulai tampak 5-7 hari setelah inokulasi, dan pembentukan spora
terjadi 2-4 hari kemudian. Penyakt karat yang lebih berat terjadi pada
pertanaman kedelai musim hujan. Selain itu, jenis-jenis kedelai memiliki
tingkat kerentanan yang berbeda-beda. Ketahanan satu jenis kedelai terhadap
karat juga bervariasi tergantung dari lokasi pengujian. Antara umur panjang
dengan ketahanan dan antara umur pendek (genjah) dengan kerentanan terdapat
korelasi positif. Ketahanan ternyata bersifat dominan dan ditentukan oleh dua
gen mayor. Kelembapan juga dapat merangsang bagi jamur dan bakteri untuk tumbuh
(Lakitan, Benyamin, 2007).
Akibat serangan cendawan ini proses fotosintesis terganggu
karena daun tidak berfungsi sebagaimana fungsinya dapat menurunkan hasil
produksi sebesar 20-80 %. Penurunan hasil bisa mencapai 100% bila varietas yang
ditanam rentan terhadap karat daun dan dibudidayakan sewaktu musim hujan dalam
keadaan cuaca yang lembab serta tanaman dalam kondisi tergenang. Penyebaran
penyakit karat daun ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin, melalui
tanah, air dan tanaman inang. Patogen ini tidak dapat bertahan di dalam biji
karena termasuk cendawan obligat dan tidak dapat ditularkan melalui benih.
Selain
dari aspek hama dan penyakit yang kami tinjau juga adalah dari sisi gulma yang
tumbuh liar dalam pertanaman kedelai. Untuk gulma yang banyak ditemui dalam
observasi kami adalah rumput teki dan babadotan. Untuk gulma teki biasanya
tumbuh liar didalam bedengan pada tanaman kedelai yang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut memiliki batang ada yang tumpul berbentuk segitiga dan
tajam,
daun berisi 4 – 5 helai berjejal pada pangkal
batang dengan pelepah dauntertutup tanah, helaian daun berbentuk garis, bagian
atas berwarna hijau mengkilat,
panjang daun 10 – 60 cm, lebar daun 2 – 6 mm, anak bulir berkumpulmenjadi bulir
pendek dan tipis, keseluruhan
terkumpul lagi menjadi memanjang.Daun pembalut 3 – 4. Tepi daun kasar dan tidak
rata. Jari-jari payung 6 – 9, yang terpanjang
3 – 10 cm. Yang terbesar bercabang sekali lagi. Pangkal tertutup olehdaun
pelindung yang berbentuk tabung. Anak bulir terkumpul lagi dalam bulir, duduk, berbentuk garis, sangat gepeng,
berwarna coklat panjang 1 – 3 cm denganlebar lebih kurang 2 mm, bunga berisi 10 – 40. Sekam dengan punggung
hijau dan sisi coklat, panjang lebih
kurang 3 mm. Benang sari 3, kepala sari berwarna kuning cerah,
tangkai putik bercabang 3 dan buah buah memanjang sampai bulat telur
sungsang, persegi tiga berwarna coklat
dengan panjang lebih kurang 5 mm.
Siklus hidup dari gulma
teki ini hidup
secara koloni, berupa herba, merupakan tanaman perennial atau tahunan, dengan
akar berserat yang biasanya tumbuh 7-40 cm dan mereproduksi secara luas oleh
rimpang dan umbi-umbian. Para rimpang pada awalnya putih dan berdaging
dengan daun bersisik dan kemudian menjadi berserat, liat, dan sangat gelap
coklat dengan usia. Rumput teki berbunga pada waktu Januari-Desember.
Pembentukan umbi dimulai dalam 17 hari setelah munculnya
tunas. Hal ini diikuti dengan pembentukan rantai 10 minggu setelah munculnya
tunas. Pembentukan umbi pada rumput teki mungkin merupakan respon terhadap
kelebihan karbohidrat, diatur oleh zat pertumbuhan, fotoperiodik dan suhu.
Sebuah umbi teki tunggal dapat menghasilkan 100 umbi ketika dibiarkan tumbuh
selama 12 minggu. Umbi berdormansi di dalam tanah sampai dirangsang untuk
tumbuh. Akar memancar dari rimpang horizontal seperti yang tumbuh ke arah
permukaan tanah. Ujung rimpang di permukaan tanah terkena sinar matahari
dan fluktuasi suhu diurnal yang merupakan faktor utama yang merangsang
pembentukan basal pada rimpang di bawah permukaan tanah. Induk umbi tetap
melekat pada tanaman sepanjang musim, dan tanaman dapat berasal makanan dari
umbi pada saat stress.
Tanaman
Babadotan tergolong jenis tanaman herbal dengan ciri-ciri umum sebagai berikut
memiliki tinggi tanaman maksimal 50 - 60 cm dengan daun bertangkai, letaknya
saling nerhadapan dan bersilang (composite). Helaian daun bulat telur dengan
pangkal membulat dan ujung runcing dengan tulang daun menyirip dan tepi daun
bergerigi. Panjang daun 1 - 10 cm,lebar 0,5 - 6 cm dan memiliki bunga majemuk
dengan ukuran kecil yang tumbuh di ketiak batang dengan warna benang sari putih
dan kepala putik kuning. Panjang bonggol bunga 6 – 8 mm, dengan tangkai yang
berambut, memiliki diameter batang tanaman 0,5 - 1,2 cm serta sistem perakaran
seerabut. Pada umumnya cabang tumbuh ke samping atau pertumbuhan lebih condong
mendatar (tidak menyilang). Dapat tumbuh subur pada ketinggian 1 sampai 2100
meter dari permukaan laut. Dapat tumbuh di sawah-sawah, ladang, semak belukar,
halaman kebun, tepi jalan, tanggul, dan tepi sungai.
Nematoda merupakan mikroorganisme tanah yang
menyerang tanaman yang dapat menyebabkan tanaman berpuru pada akar, batang, dan
biji tanaman. Nematoda ini habitatnya terdapat didalam tanah. Nematoda biasanya
yang menyerang pada tanaman menyebabkan tanaman tersebut layu, menguning bahkan
dapat menjadi mati apabila serangan nematoda tersebut sudah parah. Contoh
nematoda yang menyerang akar tanaman adalah nematoda akar seperti (Meloidogyne spp) dikenal sebagai
parasit akar pada berbagai jenis tanaman, terutama di daerah tropik dan
subtropik. Interaksi nematoda ini dengan tanaman inang menimbulkan gejala yang
khas pada bagian akar di bawah permukaan tanah. Tumbuhan yang terserang
biasanya menunjukkan gejala pertumbuhan yang tidak normal, seperti kerdil dan
cendrung layu pada hari-hari yang panas, sedangkan akarnya akan mengalami pembengkakan.
Biasanya nematoda ini menyerang tanaman tomat (Setyobudi, dkk, 2009). Umumnya perkembangan
nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu larva I sampai larva IV
dan nematode dewasa. Semua spesies nematoda puru akar memiliki siklus hidup
yang sama . Lama siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18 – 21 hari atau 3 –
4 minggu dan akan menjadi lama pada suhu yang dingin (Agrios, 1996). Dalam
pratikum yang telah dilakukan dengan pengamatan nematoda pada tanaman jeruk
tidak menemukan nematoda Tylenchulus
semipenetrans yang biasanya banyak pada tanaman
jeruk.
Dalam observasi yang
telah dilakukan permasalahan yang muncul adalah minimnya pengetahuan yang ada
pada petani terutama dalam pengendalian OPT dan pemupukan yang dilakukan oleh
petani serta faktor pendidikan para petani. Pada pengendalian OPT yang ada
petani cenderung banyak melakukan penyemprotan dengan pestisida kimia yang
banyak memiliki beberapa kerugian karena residu kimia dari pestisida dan juga
dapat membunuh musuh alami dari serangga yang menyerang tanaman kedelai. Untuk
solusi dari kendala tersebut merupakan penyuluhan dari beberapa departemen
pertanian terutama pemerintah tentang bahaya akan pestisida kimia yang
diguunakan oleh petani dan sosialisai tentang penggunaan pestisida nabati yang
memiliki harga yang murah dan ramah terhadap lingkungan. Pemupukan yang
dilakukan banyak tanaman yang layu akibat terlalu banyak pupuk yang diberikan
karena tanaman tidak menunjukkan pertumbuhan yang bagus serta penggunaan pupuk
yang digunakan oleh petani adalah pupuk kimia. Solusi dari pemupukan ini juga
termasuk agenda dalam proses penyuluhan tentang penggunaan pupuk yang berimbang
sehingga tanaman tidak mengalami penurunan hasil produksi dan tanaman tidak
keracunan dosis pupuk. Selain dapat menyehatkan tanaman penggunaan pupuk yang
berimbang dapat menyehatkan dan menyuburkan tanah. Jenis pupuk yang digunakan
oleh petani adalah pupuk kimia yang memiliki kelebihan tidak ribet dalam
pemakaian dan instan sehingga pupuk dapat digunakan langsung oleh petani dan
juga tidak membutuhkan waktu dan biaya yang mahal. Solusi dari pemupukan ini
sebaiknya dilakukan dengan sosialisai tentang penggunaan pupuk organic yang
banyak memberikan hal positif baik tanah maupun tanaman. Sedangkan untuk faktor
pendidikan yang diterima oleh pak Sugiyono sebaiknya pak Sugiyono sebaiknya
mengikuti penyuluhan dan kursus yang diadakan oleh pemerintah pusat dan daerah
sehingga petani banyak mengetahui tentang info terbaru dari bidang pertanian.
Perhitungan Gulma dengan cara Kuadran 1
Luas areal kedelai yaitu
1.Panjang (P) = 20
2.Lebar (L) = 12
Jadi P x L = 20
x 12 = 240 m2
No
|
Spesies
|
Ulangan
|
Kepadatan
|
Frekuensi
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
Krokot
|
4
|
15
|
20
|
9
|
7
|
55
|
5x
|
2
|
Belularg
|
3
|
3
|
10
|
17
|
2
|
35
|
5x
|
3
|
Meniran (Phylantus minuri)
|
-
|
2
|
5
|
-
|
-
|
7
|
2x
|
4
|
Teki
|
-
|
-
|
2
|
2
|
1
|
5
|
3x
|
5
|
|
6
|
3
|
-
|
-
|
4
|
13
|
3x
|
6
|
|
3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
1x
|
7
|
Babandotan
|
-
|
7
|
3
|
-
|
6
|
16
|
2x
|
8
|
|
-
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
1x
|
9
|
|
-
|
-
|
7
|
1
|
-
|
8
|
2x
|
Jumlah
|
144
|
24
|
Kna =
1. 55 : 144 x
100% = 38,1%
2. 35 :
144 x 100% = 24%
3. 7 : 144 x
100 % = 4,9 %
4. 5 : 144 x
100% = 3,5%
5. 13 : 144 x
100 % = 9%
6. 3 : 144 x
100 % = 2 %
7. 16 : 144 x
100 % = 11,1 %
8. 2 : 144 x
100 % = 1,3%
9. 8 : 144 x
100 % = 5,5 %
FnA =
1. 5 : 24 x 100
% = 20,8 %
2. 5 : 24 x 100
% = 20,8 %
3. 2 : 24 x 100
% = 8,3 %
4. 3 : 24 x 100
% = 12,5 %
5. 3 : 24 x 100
% = 12,5 %
6. 1 : 24 x 100
% = 4,2 %
7. 2 : 24 x 100
% = 8,3 %
8. 1 : 24 x 100
% = 4,2 %
9. 2 : 24 x 100
% = 8,3 %
IV =
1. 38,1 + 20,8
= 58,9
2. 24,3 + 20,8
= 45,1
3. 4,9 + 8,3 =
13,1
4. 3,5 + 12,5 =
16
5. 9 + 12,5 =
21,5
6. 2 + 4,2 =
6,2
7. 11,1 + 8,3 =
19,4
8. 1,3 + 4,2 =
5,5
9. 5,5 + 8,3 =
13,8
SDR =
1. 58,9 : 2 =
29,45
2. 45,1 : 2 =
22,55
3. 13,2 : 2 =
6,6
4. 16 : 2 = 8
5. 21,5 : 2 =
10,75
6. 6,2 : 2 =
3,1
7. 19,4 : 2 =
9,7
8. 5,5 : 2 =
2,75
9. 13,8 : 2 =
6,9
*Jadi gulma yang paling dominan atau sering muncul
adalah Krokot (Portulaca oleracea)
sebanyak 29,45.
BAB
4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1
Kesimpulan
Dari hasil dan
pembahasan yang telah dibahas tentang OPT pada tanaman kedelai dan nematode
yang menyerang tanaman jeruk dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dalam
budidaya tanaman kedelai pengetahuan dan pengalaman petani baik pemupukan dan
pengendalian hama dan penyakit perlu karena jika tidak memiliki pengetahuan.
2. Identifikasi
hama, penyakit dan gulma pada daerah yang diamati perlu digunakan dalam
mengambil keputusan untuk rekomendasi hama, penyakit dan gulma yang banyak
tumbuh subur pada pertanaman kedelai disuatu daerah.
3. Dalam
pemberian solusi dari daerah yang diamati dapat dilakukan sesuai dengan kondisi
penduduk yang terdapat pada daerah tersebut.
4. Untuk
nematode yang tidak ditemukan dalam pratikum hal ini karena proses perawatan
yang dilakukan oleh pembudidaya yang sudah tepat sehingga nematode tidak dapat
ditemukan dalam akar tanaman jeruk.
4.2
Rekomendasi
Dari hama yang banyak
menyerang tanaman kedelai adalah ulat grayak dan belang hijau yang memiliki
gejala yang hamper sama yaitu daun-daun berlubang tidak beraturan serta sudah
dipastikan bahwa daun tersebut banyak diserang oleh kedua hama tersebut. Untuk
penyakit memiliki ciri-ciri terdapat bercak-bercak coklat yang terdapat pada
daun tanaman kedelai yang telah dilakukan isolasi dan hasilnya bahwa negative
terkena mikroorganisme yang merugikan bagi tanaman pada media NA sedangkan pada
media PDA terdapat hifa-hifa jamur yang terlihat oleh mikroskop. Dan untuk
gulma yang banyak tumbuh pada lahan tanaman kedelai adalah gulma krokot (Portulaca oleracea) karena
memiliki SDR yang relative tinggi disetiap petak sampel yang ada pada petak
pertanaman kedelai. Untuk nematode yang ada pada tanaman jeruk memiliki ciri-ciri
tanaman yang terkena serangan nematode Tylenchulus
semipenetrans seperti daun
menguning, kriting dan terdapat puru pada akar tanamannya tetapi dalam
pengamatan mikroskop tidak menemukan nematode yang menyerang tanaman jeruk
terutama nematode Tylenchulus
semipenetrans yang banyak
menyerang tanaman jeruk sehingga perawatan yang diperhatikan dapat mempengaruhi
serangan mikroorganisme pada tanaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Agrios, N.G. (1996) Ilmu Penyakit Tumbuhan. Terjemahan Busnia, M dan Martoredjo,
T. , Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Haryanto, Slamet. 2008. Isolasi Jamur
Lagenidiales Pada Larva Kepiting Bakau (Scylla tranquebarica). Buletin Teknik
Litri Akuakultur. Vol 7(1): 53-58.
Lakitan,
Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia
Tumbuhan Edisi Keempat. Bandung: ITB.
Setyobudi,
dkk. 2009. Variasi Ketahanan Genotipe Kenaf (Hibiscus Cannabinus L.) Terhadap
Nematoda Puru Akar (Meloidogyne Incognita).
Jurnal Littri. Vol 15(2): 60 – 65.
Sutedjo,
dkk. 1991. Mikrobiologi Tanah.
Jakarta: Rienika Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar