BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Jagung merupakan
salah satu komuditas utama yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama
di Indonesia. Jumlah jagung yang diproduksi oleh masyarakat belum cukup untuk
memenuhi permintaan pasar karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
tentang bagaimana cara membudidayakan jagung yang benar dan baik dan tanah atau
lahan untuk tanaman jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung
dan lain-lain. Perusahaan swasta pun juga belum memproduksi jagung secara
optimal. Jagung juga sebagai makanan pokok di suatu daerah tertentu dan diubah
menjadi beberapa makanan ringan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga
kebutuhan akan jagung meningkat di masyarakat.
Hasil tanaman
jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih belum optimalnya
penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang belum tepat,
penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki. Usaha untuk
meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup petani dan
memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang memenuhi
standard baik kualitas dan kuantitas jagung yan dihasilkan tetapi dalam
melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik tanaman jagung
yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi yang diperlukan
oleh tanaman jagung sehingga dapat meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
Bagian-bagian
tanaman jagung berupa akar, batang, daun, bunga dan biji yang memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Akar tanaman jagung ini berfungsi sebagai pengambilan unsur hara
dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman jagung tersebut untuk tumbuh sehingga
akar ini merupakann organ yang vital bagi setiap tanaman. Batang tanaman jagung
berfungsi sebagai tempat melekatnya daun, bunga dan buah tanaman jagung serta
sebagai tempat penghubung atau penyaluran unsur hara dan mineral dari akar ke
batang dan penyaluran hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tanaman. Daun
tanaman jagung berfungsi sebagai tempat proses fotosintesis yang yang digunakan
tanaman untuk melangsungkan hidup tanaman. Bunga jagung berfungsi sebagai
perkembangbiakan secara generatif tanaman jagung. Bunga tanaman jagung ini
terdapat perbedaan yaitu bunga jantan dan betina tanaman jagung terpisah bukan
dalam satu tanaman. Biji tanaman jagung berfungsi sebagai perkembangan
generatif tanaman jagung tersebut dan biji ini yang berguna bagi manusi sebagai
bahan pokok makanan dan bahan lainnya dari tanaman jagung.
Tanaman jagung
sendiri merupakan tanaman yang tidak banyak memerlukan air dalam siklus
tumbuhnya sehingga sebenernya mudah dalam membudidayakan tanaman jagung ini
apabila dilakukan dengan benar. Dari hal tersebut tanaman jagung hanya perlu
curah hujan yang relatif rendah yaitu sekitar 85-200 mm/bulan tetapi merata
pada setiap lahan. Untuk umur jgung sendiri tergantung pada varietas yang
digunakan untuk budidaya. Ada jagung yang berumur dalam yaitu lebih dari 100
hari dalam 1 kali panen, jagung yang berumur sedang antara 85-100 panen dan ada
juga umur jagung yang berumur rendah yaitu kurang dari 85 hari pemanenan.
Upaya untuk
meningkatkan produksi jagung yang optimal perlu diperhatikan faktor lingkungan
yang ada di lahan atau tempat budidaya jagung serta teknik bercocok tanaman
jagung yang benar. Untuk faktor lingkungan meliputi beberapa faktor yaitu
iklim, tanah dan tinggi tempat tanaman jagung yang diperlukan untuk tumbuh
secara optimal sedangkan untuk cara bercocok tanam yang benar seperti pemilihan
varietas, pengolahan tanah, waktu tanam, persiapan benih, pemupukan dan
pemeliharaan.
1.2
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan
menghitung produktivitas tanaman jagung.
2.
Untuk mengetahui teknik
budidaya tanaman jagung yang baik dan sesuai dengan kondisi tanah.
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jagung merupakan
salah satu contoh tanaman C4 yang berarti lebih banyak membutuhkan sinar
matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman C4
merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang lebih tinggi
sehingga tanaman ini dapat membentuk rantai carbon sebanyak 4 buah dalam
menambat carbon dioksida (CO2) dalam melangsungkan fotosintesis
(Salisburi dan Ross, 1995). Untuk tanaman jagung tiak perlu diadakan naungan
karena salah satu tanaman C4. Sehingga jagung lebih cocok dalam suhu antara
20-300 C dan ketinggian antara 50-1800 m dari permukaan laut.
Tanaman jagung juga termasuk tanaman monokotil yang berarti tidak memiliki kayu
pada bagia batangnya dan termasuk dalam famili rumput-rumputan.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi produksi tanaman jagung dapat dari berbagai hal, salah
satu contohnya yaitu faktor iklim. Iklim merupakan keadaan dimana yang sangat
menentukan sehingga tidak semua tanaman dapat tumbuh pada setiap iklim. Selain
iklim dapat menentukan produktivitas tanaman jagung tetapi dapat juga
menentukan dalam hal kandungan gizi yang dihasilkan tanaman tetapi masyarakat
tidak mementingkan gizi yang terkandung dalam tanaman jagung tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis yang hanya
memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau. Untuk daerah iklim tropis
kandungan gizi dalam tanaman hanya banyak mengandung karbohidrat yang tinggi
tetapi rendah kandungan protein pada setiap tanaman yang dihasilkan
(Kartasapoetra, 1990).
Peningkatan
produktivitas tanaman jagung merupakan hal yang penting dalam memenuhi
kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan produksi tanaman jagung ini
perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial, hama dan penyakit
danvarietas tanaman yang akan ditanam. Salah satu faktok iklim yang berpengaruh
dalam meningkatkan produksi tanaman adalah cahaya. Cahaya merupakan hasil dari
gabungan antara berbagai warna yang ditimbulkan oleh sinar matahari atau benda
lain yang dapat menghasilkan cahaya. Bagi tanaman cahaya sangat penting karena
menyangkut berbagai hal dalam melakukan fotosintesis yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya
yang diperlukan oleh tanaman tetapi proses pekembangan seperti perkecambahan,
perpanjangan batang, membukanya hipocotyl, perluasan daun, sintesa klorofil,
gerakan batang dan daun, pembukaan bunga dan dormansi tunas (Fitter dan Hay, 1992).
Faktor esensial
merupakan faktor yang meliputi beberapa hal seperti air, unsur hara, sifat
fisik tanah dan sifat biologi tanah. Air merupakan mineral yang terbentuk dari
H2 dan O2 sehingga membentuk senyawa dihidrogen oksida (H2O).
Air ini juga sebagai sumber kehidupan karena 90% makluk hidup memerlukan air
dan juga 95% tubuh makluk hidup terdiri dari air. Bagi kindom plantae atau
tanaman air merupakan hal pokok dalam melakukan berbagai kegiatan seperti
fotosintesis, pebelahan sel, perkembangan tanaman dan lain-lain. Usaha untuk
meningkatkan produksi tanaman terutama tanaman jagung memerlukan air yang
sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Tanaman jagung
memerlukan tanaman yang hanya membutuhkan kadar air sedikit dalam siklus
pertumbuhannya. Air didapat tanaman jagung dari dalam tanah melalui bulu-bulu
akar tanaman. Masuknya air ke dalam akar melalui proses difusi yang terjadi
pada sel akar tanaman. Akar tanaman jagung dapat mencapai panjang 25 cm sehingga
dalam mencari sumber air tanah lebih efektif. Untuk tanaman jagung tanah yang
paling bagus digunakan adalah tanah yang memiliki ketersedian air yang cukup
selama pertumbuhan tanaman dan memiliki aerasi yang cukup (Gardner, dkk, 1991).
Irigasi
merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman dengan
membuat saluran-saluran irigasi sehingga ketika air dibutuhkan oleh tanaman
petani perlu mengalirkan air ke dalam petak tanaman jagung tersebut. Hal ini
tersebut merupakan salah satu manfaat pengairan atau irigasi bagi tanaman dan
petani. Untuk tanaman jagung panjang akar hanya mencapai panjang 25 cm sehingga
dalam mencari sumber air tanaman jagung tidak dapat menjangkau air tanah yang
dalam. Untuk irigasi tanaman jagung lebih baik menggunakan irigasi bawah
permukaan karena panjang akar tanaman jagung tidak cukup untuk menjangkau air
tanah yang dalam selain itu irigasi ini hanya diperuntukkan bagi tanaman
produksi (Al Omran et al, 2012).
Unsur hara yang terkandung didalam tanah
merupakan faktor yang salah satu mendukung untuk peningkatan produksi tanaman
jagung. Unsur hara digunakan tanaman untuk melakukan fotosintesis sehingga
tanaman dapat melangsungkan pertumbuhan dan perkembangan. Unsur hara dapat
ditambahkan ke tanah dalam bentuk pupuk baik dalam pupuk kimia maupun pupuk
organik. Tanaman hanya memerlukan unsur hara utama yaitu N, P dan K. Ketiga
unsur tersebut dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan juga berguna
dalam membantu tanaman dalam hal pertumbuhan tanaman dan perkembangan tanaman.
Untuk unsur P dan K digunakan tanaman untuk proses metabolisme sel, pembentukan
enzim dan proses fisiologi tanaman sehingga dapat meningkatkan hasil berat biji
tanaman jagung (Kasriani dan Supadma, 2007). Dari hal tersebut dapat
meningkatkan produktivitas tanaman jagung sehingga menambah berat kering setiap
biji tanaman jagung.
Unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman
dalam jumlah yang besar merupakan unsur hara yang digunakan tanaman untuk
pertumbuhan tanaman sehingga dalam memenuhi unsur N tersebut dilakukan
pemberian pupuk Urea. Tidak hanya digunakan dalam pertumbuhan tanaman unsur N
tetapi dalam diferensiasi biji untuk perkembangan generatif tanaman (Ryan et al, 2009). Urea juga memiliki
kandungan unsur N tinggi sehingga pemberian pupuk Urea ini dilakukan saat
tanaman melakukan pertumbuhan vegetatif tetapi dalam melakukan pemupukan harus
memperhatikan waktu, dosis pupuk yang diberikan, musim dan lain-lain. Hal
tersebut dilakukan untuk memberikan efektivitas pemberian pupuk ke tanaman.
Pupuk organik merupakan perlakuan
pemupukan yang menggunakan pupuk dari berbagai sisa hasil metabolisme makluk
hidup seperti kotoran cair dan padat maupun sisa organ makluk hidup yang telah
mati seperti daun dan batang tanaman. Kelemahan pemupukan bahan organik adalah
pupuk organik perlu melalui proses yang lama sehingga keperluan unsur hara
tanaman tidak langsung terpenuhi dan dapat memperlambat proses pertumbuhan
tanaman. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah penggunaan pupuk
kandang. Pupuk kandanh merupakan hasil dari kotoran hewan ternak seperti sapi,
unggas dan kambing dalam bentuk padat maupun cair. Pemberian pupuk kandang ini
dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang ada didlam tanah dan memperbaiki
sifat fisik tanah sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman jagung
terutama berat tongkol jagung yang dihasilkan (Mayadewi, 2007).
Pemberian pupuk baik pupuk kimia maupun
pupuk organik perlu memperhatikan berbagai hal agar tidak terjadi dampak yang
buruk bagi tanah maupun lingkungan sehingga dapat menurunkan produktivitas
tanaman. Salah satu contoh adalah unsur P. Ketika pemberian unsur P ke dalam
tanah dapat menyebabkan residu didalam tanah karena unsur phosphat ini
menyebabkan peningkatan asam organik didalam tanah sehingga tanah akan berubah
menjadi asam sehingga tanaman akan mengalami kematian (Mohammadi et al, 2009). Agar dapat melakukan
peningkatan produksi tanaman terutama jagung maka perlu diperhatikan tanah atau
lahan yang cocok untuk tanaman jagung.
Peningkatan produksi tanaman jagung
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya adalah pemupukan.
Pengetahuan para petani dalam pemberian pupuk sangat kurang sehingga
menyebabkan penurunan produksi tanaman jagung. Petani jagung hanya menggunakan
pengalaman sehingga tidak mengetahui pemberian pupuk dengan unsur apa dalam
fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung. Akibatnya kualitas tanaman
jagung di Indonesia menurun. Pemberian zat yang salah dapat menimbulkan akibat
yang fatal bagi tanaman dan tanah serta petani mengalami kerugian. Kerugian
tersebut seperti kematian tanaman yang dibudidayakan, timbulnya gejala-gejala
penyakit tanaman yang baru, kerusakan sifat fisik tanah, tidak ekonomis dan
lain sebagainya (Sutejo, 1995).
BAB
3 METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Pratikum ini
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 01 Oktober 2012 pukul 13.30 WIB di
Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Cangkul
2.
Tugal
3.
Rol meter
4.
Tali rafia
5.
Papan nama
6.
Ayakan
7.
Timba
3.2.2
Bahan
1.
Benih jagung
2.
Tanah
3.
Pupuk Urea, SP 36, dan
KCl
4.
Polibag ukuran 40x60
5.
Tanah kering angin
(diayak)
3.3
Cara
Kerja
1.
Menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan.
2.
Menyiapkan media tanam
dengan cara mengayak tanah dan menjemur sampai kering angin.
3.
Mengambil sampel tanah
kemudian menganalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah
meliputi pH, C-Organik dan sifat fisik tanah.
4.
Memasukkan tanah
sebanyak 10 Kg kedalam poliba, untuk perlakuan menambahkan bahan organik yang
sesuai dengan berat tanahnya, kemudian menyiram dengan air.
5.
Menanam benih jagung
pada masing-masing polibag, satu lubang diisi 2 biji jagung.
6.
Menambahkan bahan
organik dan pupuk Urea, SP 36 dan KCl sesuai dengan analisa dari sidik cepat
yang telah dilakukan sedangkan pupuk Urea sesuai dengan perlakuan.
7.
Melakukan pengamatan
secara rutin.
BAB 4 HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
-------------------------------------------
4.2 Pembahasan
Prospek dalam budidaya jagung di
Indonesia sangat bagus dikembangkan dilihat dari berbagai sisi. Dilihat dari
sisi konsumsi dalam beberapa tahun terakhir proposi penggunaan jagung oleh
industri pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan nasional. Bahkan dapat
diperkirakan dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung untuk pakan
diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari
total kebutuhan nasional. Dilihat dari sisi sumberdaya lahan dan ketersediaan
teknologi, Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk berswasembada jagung dan
bahkan berpeluang pula menjadi pemasok di pasar dunia mengingat makin
meningkatnya permintaan dan makin menipisnya volume jagung di pasar
internasonal. Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh
melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal
dapat diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan
sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian.
Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe irigasinya, diperkirakan terdapat
457.163 ha yang potensial untuk peningkatan indeks pertanaman. Di luar Jawa
terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat di-kembangkan untuk usahatani
jagung.
Dari aspek teknis, teknologi yang
diperlukan untuk mendukung pengembangan jagung antara lain adalah varietas
hibrida dan komposit yang lebih unggul, di antaranya memiliki sifat toleran
kemasaman tanah dan kekeringan, teknologi produksi benih sumber dan sistem
perbenihannya, teknologi budidaya yang efisien dengan pendekatan pengelolaan
tanaman terpadu (PTT), dan teknologi pascapanen untuk meningkatkan kualitas dan
nilai tambah produk. Sedangkan untuk investasi yang diperlukan dalam
pengembangan jagung bergantung kepada pencapaian target yang diinginkan.
Berkaitan dengan hal tersebut, ada dua skenario pengembangan jagung nasional
dalam periode 2005-2025. Skenario 1 atau skenario moderat, laju pertumbuhan
produksi 4,24%/tahun. Skenario 2 atau skenario optimis, volume ekspor meningkat
menjadi 15%. Kebutuhan investasi untuk pengembangan jagung melalui skenario 1
dan 2 dalam kurun waktu 2005-2025 masing-masing adalah Rp 29,0 trilyun, dan Rp
33,7 trilyun. Biaya investasi mencakup perluasan areal tanam pada lahan sawah,
pembukaan lahan baru (lahan kering) dan infrastruktur, perbenihan, penyuluhan,
penelitian dan pengembangan. Proporsi investasi yang menjadi tanggung jawab
masyarakat 4%, sedangkan yang bersumber dari pemerintah dan swasta
masing-masing dengan proporsi 74% dan 22%.
Jagung merupakan tanaman dari famili
rumput-rumputan (graminae) dengan sub famili myadeae. Tanaman jagung juga
merupakan tanaman yang berumah satu (monoecious) karena terdapat 2 bunga
dalam satu tanaman, bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga
betina (tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara
terpisah tapi masih dalam satu tanaman. Jagung tergolong tanaman C4 dan mampu
beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Salah
satu sifat tanaman jagung sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju
fotosintesis lebih tinggi dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan
transpirasi rendah, efisien dalam penggunaan air. Organ pada tumbuhan terdiri atas tajuk (batang,
cabang, dan daun) serta
akar. Organ pada tumbuhan monokotil dan dikotil (akar,
batang dan daun), berbeda dalam struktur morfologi dan
anatominya (Siregar, dkk, 2008).
Berikut ini beberapa morfologi dari tanaman jagung:
1.
Akar
Jagung
memiliki akar serabut dengan
tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau
penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar
yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku,
semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut
akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar
adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga
adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan mengatasi
rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air.
2.
Batang
Batang tanaman jagung tidak
bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas.
Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas
teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles
vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran
konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaran-lingkaran menuju
perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat
batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan
batang tahan rebah.
3.
Daun
Daun tanaman jagung terdiri atas helaian daun, ligula, dan pelepah daun
yang erat melekat pada batang. Jumlah daun sama dengan jumlah buku batang.
Jumlah daun umumya berkisar antara 10-18 helai, rata-rata munculnya daun yang
terbuka sempurna adalah 3-4 hari setiap daun. Genotipe jagung mempunyai
keragaman dalam hal panjang, lebar, tebal, sudut, dan warna pigmentasi daun.
Lebar helai daun dikategorikan mulai dari sangat sempit (< 5 cm), sempit
(5,1-7 cm), sedang (7,1-9 cm), lebar (9,1-11 cm), hingga sangat lebar (>11
cm). Besar sudut daun mempengaruhi tipe daun. Sudut daun jagung juga beragam,
mulai dari sangat kecil hingga sangat besar. Beberapa genotipe jagung memiliki
antocianin pada helai
daunnya, yang bisa terdapat pada pinggir daun atau tulang daun. Intensitas
warna antocyanin pada pelepah daun bervariasi, dari sangat lemah hingga sangat
kuat.Bentuk ujung daun jagung berbeda, yaitu runcing, runcing agak bulat,
bulat, bulat agak tumpul, dan tumpul. Berdasarkan letak posisi daun (sudut daun) terdapat dua tipe daun
jagung, yaitu tegak (erect) dan menggantung (pendant). Daun erect biasanya
memiliki sudut antara kecil sampai sedang, pola helai daun bisa lurus atau
bengkok. Daun pendant umumnya memiliki sudut yang lebar dan pola daun
bervariasi dari lurus sampai sangat bengkok. Jagung dengan tipe daun erect
memiliki kanopi kecil sehingga dapat ditanam dengan populasi yang tinggi.
Kepadatan tanaman yang tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi
pula.
4.
Bunga
Jagung
disebut juga tanaman berumah satu (monoeciuos) karena bunga jantan dan
betinanya terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina, tongkol, muncul dari
axillary apices tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik tumbuh
apikal di ujung tanaman. Pada tahap awal, kedua bunga memiliki primordia bunga
biseksual. Selama proses perkembangan, primordia stamen pada axillary bunga
tidak berkembang dan menjadi bunga betina. Serbuk sari (pollen) adalah
trinukleat. Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung
butiran-butiran pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, exine dan
intin, dan cukup keras. Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada
spikelet jantan yang terletak di atas dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya
spike, maka pollen pecah secara kontinu dari tiap tassel dalam tempo
seminggu atau lebih. Rambut jagung
(silk) adalah pemanjangan dari saluran stylar ovary yang matang pada tongkol.
Rambut jagung tumbuh dengan panjang hingga 30,5 cm atau lebih sehingga keluar
dari ujung kelobot. Panjang rambut jagung bergantung pada panjang tongkol dan
kelobot.Tanaman jagung adalah protandry, di mana pada sebagian besar varietas,
bunga jantannya muncul (anthesis) 1-3 hari sebelum rambut bunga betina muncul
(silking). Serbuk sari (pollen) terlepas mulai dari spikelet yang terletak pada
spike yang di tengah, 2-3 cm dari ujung malai (tassel), kemudian turun ke
bawah. Satu bulir anther melepas 15-30 juta serbuk sari. Serbuk sari sangat
ringan dan jatuh karena gravitasi atau tertiup angin sehingga terjadi
penyerbukan silang.
5.
Biji
dan tongkol
Tanaman
jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas. Tongkol jagung
diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada bagian atas
umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang terletak pada
bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang jumlahnya
selalu genap.Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp menyatu
dengan kulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri atas
tiga bagian utama, yaitu pericarp berupa lapisan luar yang tipis berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air, endosperm sebagai cadangan makanan yang mencapai 75% dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10%
protein, mineral, minyak, dan lainnya dan embrio (lembaga) sebagai miniatur tanaman
yang terdiri atas plamule, akar radikal, scutelum, dan koleoptil Pati endosperm
tersusun dari senyawa anhidroglukosa yang sebagian besar terdiri atas dua
molekul, yaitu amilosa dan amilopektin, dan sebagian kecil bahan antara. Tetapi pada beberapa jenis jagung
terdapat variasi proporsi kandungan amilosa dan amilopektin. Protein endosperm
biji jagung terdiri atas beberapa fraksi, yang berdasarkan kelarutannya
diklasifikasikan menjadi albumin (larut dalam air), globumin (larut dalam
larutan salin), zein atau prolamin (larut dalam alkohol konsentrasi tinggi),
dan glutein (larut dalam alkali). Pada sebagian besar jagung, proporsi
masing-masing fraksi protein adalah albumin 3%, globulin 3%, prolamin 60%, dan
glutein 34%.
Budidaya tanaman jagung perlu memperhatikan
beberapa faktor yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi adalah faktor lingkungan. Pengaruh lingkungan terhadap
pertumbuhan tanaman dapat dibagi
atas dua faktor yaitu lingkungan dan
genetik. Lingkungan tumbuh tanaman sendiri
dapat dikelompokkan atas lingkungan biotik (tumbuhan lain,
hama, penyakit dan manusia), dan
abiotik (tanah dan iklim).
Dari faktor-faktor diatas dapat dijelaskan ebagai berikut:
1. Genetik
Gen adalah faktor pembawa
sifat
menurun yang terdapat di dalam
makhluk hidup. Gen berpengaruhi
setiap struktur makhluk hidup dan
juga perkembangannya, Walaupun
gen bukan satu-satunya faktor
yang
mempengaruhinya. Setiap jenis (spesies) memiliki gen
untuk sifat tertentu.
Penggunaan jagung dari varietas yang tahan merupakan salah satu cara dalam
memproduksi tanaman jagung yang optimal.
2. Curah
hujan
Besarnya curah hujan
mempengaruhi kadar air tanah,
aerasi tanah, kelembaban udara dan
secara tidak langsung juga
menentukan jenis tanah sebagai
tempat media tumbuh tanaman.
Oleh karenanya curah hujan sangat
besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman. Ketinggian tempat menentukan suhu
udara, intensitas cahaya matahari
dan mempengaruhi curah hujan,
yang pada gilirannya mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Perbedaan ketinggian tempat dari
permukaan laut menyebabkan
perbedaan suhu lingkungan. Setiap
kenaikan 100m dari permukaan laut,
suhu akan turun sekitar 0,50C.
Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan
tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus
merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya Jagung ditanam diawal musim hujan, dan
menjelang musim kemarau. Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari
dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki
ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara
0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.
3. Tanah
Tanah merupakan komponen
hidup
dari lingkungan yang penting dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanah
yang menentukan penampilan
tanaman. Kondisi kesuburan tanah yang relative
rendah akan mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman dan akhirnya akan
mempengaruhi hasil. Jenis tanah yang dapat
ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari gunung berapi), latosol,
grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol)
masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah
secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat (latosol)
berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman
tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur
hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah
pH antara 5,6 - 7,5. Tanaman
jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik.
Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena disana
kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah dengan
tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras
dahulu.
4. Suhu
Suhu udara mempengaruhi
kecepatan pertumbuhan maupun
sifat dan struktur tanaman.
Tumbuhan dapat tumbuh dengan
baik pada suhu optimum. Untuk
tumbuhan daerah tropis suhu
optimumnya berkisar 22-370C.
Suhu optimum berkisar antara 25-
300C dan suhu maksimum 35-400C.
Tetapi suhu kardinal (minimum,
optimum, dan maksimum) ini sangat
dipengaruhi oleh jenis dan fase
pertumbuhan tanaman. Suhu yang dikehendaki
tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman
yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27 derajatC. Pada proses
perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar
30 derajat C.
5. Cahaya
matahari
Cahaya matahari (radiasi
surya)
mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui tiga sifat yaitu
intensitas cahaya, kualitas cahaya
(panjang gelombang) dan lamanya
penyinaran (panjang hari).
Pengaruh ketiga sifat cahaya
tersebut terhadap pertumbuhan
tanaman adalah melalui pembentukan klorofil, pembukaan
stomata, pembentukan anthocyanin
(pigmen merah) perubahan suhu
daun atau batang, penyerapan hara,
permeabilitas dinding sel, transpirasi
dan gerakan protoplasma.
6. Hara
dan air
Hara dan air memegang
peranan
penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Salah satu
fungsi dari kedua bahan ini adalah
sebagai bahan pembangun tubuh
makhluk hidup. Pertumbuhan yang terjadi pada
tanaman (sampai batas tertentu)
disebabkan oleh tanaman mendapatkan hara dan air.
Bahan baku pada proses fotosintesis
adalah hara dan air yang nantinya
akan diubah tanaman menjadi
makanan. Tanpa kedua bahan ini pertumbuhan
tidak akan berlangsung. Hara dan
air umumnya diambil tanaman dari
dalam tanah dalam bentuk ion.
Unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dapat dibagi atas dua
kelompok yaitu hara makro dan
mikro.
Hara makro adalah
hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah besar
sedangkan hara mikro dibutuhkan
dalam jumlah kecil. Nutrien
yang
tergolong kedalam hara makro adalah Carbon,
Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur,
Posfor, Kalium, Calsium, Ferrum.
Sedangkan yang termasuk golongan
hara mikro adalah Boron, Mangan,
Molibdenum, Zinkum (seng) Cuprum
(tembaga) dan Klor. Jika tanaman kekurangan dari salah
satu unsur tersebut diatas maka
tanaman akan mengalami gejala
defisiensi yang berakibat pada
penghambatan pertumbuhan (Hanum,
2008).
Pengaruh
pemupukan akan menyebabkan tanaman dapat tumbuh dengan bagus tetapi dosis pupuk
harus diperhatikan karena ketika tanaman mengalami kelebihan dosis akan
mengakibatkan gangguan pertumbuhan tanaman seperti rentan terserang penyakit,
tanaman kerdil dan lain-lain. Pengaruh pemupukan yang terlihat dari hasil dari
data pengamatan adalah terjaddi perbedaan antara tinggi tanaman, jumlah duun
juga mengalami perbedaan dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan oleh kebutuhan
nutrisi yang cukup bagi tanaman dan aerasi yang baik bagi akar tanaman sehingga
tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik. Pemupukan
dilakukan untuk memperbaiki
ketersediaan hara dalam tanah.
Pada awal pertumbuhan vegetatif,
kebutuhan tanaman akan hara
(terutama nitrogen) sangat besar. Adapun pupuk fosfor (P) dan kalium
(K) dibutuhkan tanaman pada fase
reproduktif, terutama masa
pembungaan dan pengisian benih.
Pengaruh yang menguntungkan
dari pemupukan terhadap fisiologi tumbuhan adalah kandungan
senyawa dalam pupuk dapat berperan sebagai zat tumbuh
seperti auxin, sehingga dapat
meningkatkan kapasitas kecambah,
meningkatkan permeabilitas membran
tanaman sehingga meningkatkan
pengambilan hara, dapat mengubah metabolisme karbohidrat dari tanaman
dan pada saat yang sama untuk
mendorong akumulasi gula terlarut,
sehingga meningkatkan tekanan osmotic
tanaman. Dalam kondisi kelembaban
yang rendah, hal tersebut akan
mendorong resistensi yang besar
terhadap kelayuan,
kombinasi senyawa-senyawa organik seperti dapat
meningkatkan pertumbuhan akar
(Nurwardani, 2008).
Dari
data yang ada diatas dengan berbagai perlakuan kelompok 1 dan 4 dengan pupuk
NPK (Urea, KCl dan SP36), kelompok 2 dan 5 menggunakan perlakuan NPK (Urea, KCl
dan SP36) dan bahan organik 2% dan kelompok 3 dan 6 adalah tanpa perlakuan atau
kontrol memiliki beberapa perbedaan seperti rata-rata tinggi tanaman, rata-rata
jumlah daun, rata-rata diameter batang, rata-rata panjang akar dan rat-rata
jumlah akar. Pada kelompok 1 dan 4 dengan perlakuan NPK memiliki rata-rata
tinggi 169,55 cm pada minggu ke 8, rata-rata jumlah daun 14,05 cm pada minggu
ke 8, rata-rata diameter 4,17 cm, rata-rata panjang akar 85,95 cm dan rata-rata
jumlah akar 28,52 cm pada akhir pengamatan yaitu minggu ke 8. Untuk perlakuan
NPK dan bahan organik pada kelompok 2 dan 5 memiliki peningkatan yang cukup
signifikan pada minggu terakhir pengamatan, tinggi tanaman 176,71 cm, 12,56 cm
untuk rata-rata jumlah daun, rata-rata diameter batang 8,625 cm, rata-rata
panjang akar 77,83 cm dan rata-rata jumlah akar 31,71 cm. Untuk kelompok 3 dan
6 dengan perlakuan kontrol tinggi tanaman 61 cm, 8,2 cm untuk rata-rata jumlah
daun, rata-rata diameter batang 3,2 cm, rata-rata panjang akar 16,15 cm dan
rata-rata jumlah akar 3,17 cm. Perbedaan parameter yang diamati dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pengaruh unsur hara yang
ada karena unsur hara merupakan nutris bagi tanaman untuk membentuk energi bagi
proses produksi tanaman.
Ketersedian unsur hara merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman jagung. Keasaman tanah yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5. Pembeerian
pupuk merupakan salah satu cara dalam memenuhi kebutuhan unsur hara bagi
tanaman sehingga tanaman tidak kekurangan unsur hara. Dalam prtikum ini
pemberian pupuk dilakukan pada awal pertanaman tanaman dengan dosis yang
berbeda-beda pada setiap kelompok. Pengaruh pemupukan dapat dilihat dari
parameter pengamatan yang terdapat perbedaan karena pengaruh unur hara yang
tersedia didalam tanah. Pupuk yang digunakan dapat memperbaiki sifat-sifat
tanah seperti fisik, kimia dan biologi tanah sehingga berpengaruh terhadap
ketersediaan unsur hara dan air yang ada didalam tanah.
Dosis pemupukan yang diberikan akan mempengaruhi kandungan nutrisi
bagi tanaman yang tersedia didalam tanah. Pemupukan yang terlalu berlebihan
dapat memberi penggaruh yang negatif bagi pertumbuhan tanaman karena unsur hara
yang terkandung didalam tanah terlalu berlebihan maka pemberian dosis pupuk
harus diperhatikan agar tidak merugikan bagi tanaman dan usaha budidaya
tanaman. Perlakuan pemupukan yang baik pada pratikum ini adalah pemupukan
dengan pupuk NPK dan ditambahakan bahan organik merupakan pemupukan yang paling
baik digunakan dalam buudidaya tanaman jagung. Bahan organik berfungsi sebagai
peningkata KTK dalam tanah karena terdapat kandungan C-organik yang baik dalam
meningkatkan KTK dalam tanah. Untuk pupuk NPK berguna sbagai penambahan unsur
hara yang kurang didalam tanah.
BAB 5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari pembahan dan data yang didapat
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prospek
tanaman jagung perlu dikembangkan di Indonesia karena Indonesia mendukung dalam
budidaya jagung dan memiliki lahan yang luas yang belum dimanfaatkan.
2. Dalam
usaha budidaya tanaman jagung perlu memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.
3. Pemupukan
dapat berpengaruh dalam hasil tanaman jagung karena data menunjukkan berbagai
perbedaan.
4. Pemupukan
yang paling baik untuk usaha budidaya tanaman jagung adalah pemupukan
menggunakan pupuk NPK dan ditambahakan bahan organik
5.2
Saran
Budidaya tanaman jagung memiliki prospek
yang bagus di Indonesia perlu dikembangkan karena beberapa lahan masih ada yang
tidak digunakan secara maksimal. Usaha budidaya jagung harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung agar tidak terjadi
kerugian bagi pengusaha yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Al Omran
et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in Greenhouse Tomato Production
under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 14:939-950.
Fitter
dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Gardner,
dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Hanum,
Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 1 Untuk SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kartasapoetra,
Ance Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh
Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasniari
dan Supadma. 2007. Pengaruh
Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (N, P, K ) dan Jenis Pupuk Alternatif terhadap
Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Kadar N, P, K Inceptisol
Selemadeg, Tabanan. Agritrop. Vol 26(4):
168-176.
Mayadewi, Ni Nyoman Ari. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk
Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Agritrop. Vol 24(4): 153-159.
Mohammadi et
al. 2009. Cumulative and Residual Effects of Organic Fertilizer Application
on Selected Soil Properties, Water Soluble P, Olsen-p and P Sorption Index. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 11: 487-497.
Nurwardani.
2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan
Produksi Benih Jilid 1 Untuk SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ryan
et al. 2009. Nitrogen Fertilizer Response of Some Barley
Varieties in Semi-Arid Conditions in Morocco. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 11: 227-236.
Salisbury
dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid
Dua Biokimia Tumbuhan Edisi Keempat. Bandung: ITB.
Siregar,
dkk. 2008. Biologi Pertanian Jilid 2 Untuk SMK.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sutejo,
Mul Mulyani. 1995. Pupuk dan Cara
Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar