BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Media tanam
merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam melakukan penanaman tanaman
yang diingnkan atau budidaya tanaman tertentu. Menentukan media tanam yang akan
digunakan dalam budidaya tanaman sangat sulit karena untuk menentukan media
yang baik harus memperhatikan iklim, cuaca dan lain-lain yang berhubungan
dengan faktor yang menentukan cepat lambatnya pertumbuhan tanaman tersebut. Salah
satu penentu dalam media tanam yang digunakan adalah komposisi media dan
pemberian pupuk yang digunakan. Kedua hal tersebut sangat menentukan dalam
mempercepat pertumbuhan tanaman dan ketersedian unsur hara dan air didalam
media tanam tersebut.
Tanah merupakan
salah satu media tanam yang umum digunakan dalam melakukan penanaman tanaman
budidaya dan tanaman pangan. Pada umumnya tanah memiliki kekurangan dan
kelebihan tergantung dari iklim yang ada pada suatu wilayah tertentu. Tanah
juga sebagai habitat mikroorganisme yang berguna untuk membantu tanaman dalam
menyerap unsur hara dalam bentuk ion. Tetapi, ada juga tanah yang tidak bisa
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti tanah yang tercemar
oleh logam berat dan lain-lain.
Rekayasa media
tanam dilakukan untuk mencari media tanam yang baik digunakan dalam budidaya
tanaman dan tanaman pangan. Hal tersebut juga dilakukan untuk meminimalkan
kekurangan dari masing-masing media tanam sehingga dapat menguntungkan bagi
tanaman. Campuran tanah dan kompos merupakan salah satu rekayasa media tanam
yang dilakukan untuk mendapatkan media yang ideal bagi tanaman misalnya kompos
merupakan media tanam yang kaya akan bahan organik tetapi juga memiliki
kekurangan seperti dapat merangsang pertumbuhan bakteri dan jamur yang patogen
bagi tanaman, sedangkan tanah merupakan media tanam yang umum digunakan dalam
melakukan penanaman tanaman budidaya maupun tanaman pangan. Tanah juga memiliki
kelebihan misalnya tingkat aerasi tinggi, dan lain-lain, tetapi juga tanah ada
juga yang memiliki kekuranan seperti tanah yang tercemar oleh logam berat tidak
mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Tanaman
yang digunakan dalam rekayasa media tanam biasanya digunakan tanaman yang mudah
dibudidayakan seperti sawi, cabe, tomat dan lain-lain. Sawi sekelompok tumbuhan darimarga Brassica yang dimanfaatkan daun
atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran).
Petani banyak yang memilih menanam sawi
karena memang relative cukup mudah membudidayakannya. Sawi juga mengandung serat, vitamin A, vitamin B, vitamin
B2, vitamin B6, vitamin C, kalium, fosfor, tembaga, magnesium, zat besi, dan
protein. Dengan kandungannya tersebut, Sawi Hijau berkhasiat untuk membantu
kesehatan. Untuk membudidayakan tanaman sawi perlu diperhatikan cuaca, kondisi
iklim yang ada disuatu tempat tertentu. Tanaman ini juga tahan terhadap air
hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun dan masa panenya tidak bergantung
pada musim. Tanah yang cocok untuk sawi adalah tanah yang gembur, banyak
mengandung humus, subur dan drainase yang baik serta pH tanah antara 6-7.
1.2
Tujuan
Untuk
mendapatkan media tanam yang baik dalam melakukan budidaya tanaman tertentu.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Media tanam
merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap perkembangan dan
pertumbuhan tanaman yang akan ditanam atau dibudidayakan (Fatimah dan Handarto,
2008). Media tanam yang baik tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan unsur hara
dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman baik dari sifat fisik, kimia maupun
biologi. Sifat fisik media tanam dapat menentukan dalam tekstur tanah yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan akar tanaman. Sifat kimia dapat mempengaruhi media
tanam dalam menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan
sifat biologi tanah menentukan dalam habitat mikroorganisme didalam media
sehingga mempengaruhi dalam kesuburan dan tekstur media tanam.
Nilai pertanian dari suatu
pupuk tidak menentu, karena bahan ini mudah berubah. Oleh karenanya macam dan
jumlah pupuk yang diberikan harus dapat mengikuti berbagai macam perubahan
karena, Tanah dan pupuk terjadi
reaksi kimia dan biologis yang mempengaruhi mutu pupuk, serta iklim yang dapat mempengaruhi tanah,
tanaman dan pupuk. Perlu diperhatikan. Bila ada kelebihan atau kekurangan air,
efisien penuh dari pemupukan sukar diharapkan. Sebetulnya, setiap faktor yang
dapat membatasi pertumbuhan tanaman akan menurunkan efensiansi pemupukan, dan
akibatnya respons dari tanaman terhadap pemupukan juga tergangu. Jika
faktor-faktor lain tidak merupakan pembatas, maka jumlah pupuk dapat ditentukan
dengan tingkat kepastian tertentu. Meskipun keadaannnya sangat kompleks,
petunjuk-petunjuk tertentu dapat diikuti dalam menentukan macam atau jumlah
pupuk yang harus di berikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1.
Macam
tanaman yang akan diusahakan: nilai ekonomi tanaman, kemampuan tanaman menyerap
hara
2.
Keadaan
kimia tanahsehubungan dengan jumlah hara tersedia
3.
Keadaan
fisik tanah sehubungan dengan kadar air dan aerasi media (Hanum, 2008).
Tanah pertanian yang digunakan dalam
menanam tanaman budidaya maupun tanaman pangan biasanya terdapat pasir dengan
komposisi yang banyak sehingga tanah pertanian tersebut bertekstur ringan,
mempunyai kapasitas yang rendah dalam menyimpan air dan unsur hara, dan rentan
terhadap erosi (Djajadi, dkk, 2010). Faktor-faktor dalam media tanam sangat
mempengaruhi dalam pertumbuhan tanaman sehingga tanaman yang akan ditanam dapat
tumbuh dengan baik. Media tanam yang sehat biasanya dapat memenuhi unsur hara
bagi tanaman, tidak ada patogen yang dapat menyerang akar baik nematoda,
bakteri maupun jamur yang bisa merusak akar tanaman sehingga dapat merugikan
tanaman.
Unsur yang dibutuhkan oleh tanaman
merupakan unsur makro seperti N,P dan K. Unsur hara tersebut biasanya didapat
dari penambahan pupuk yang dilakukan oleh petani. Biasanya pupuk yang digunakan
untuk menambah N biasanya urea, unsur P biasanya terdapat pada pupuk SP 36 dan
unsur K biasanya terdapat pada KCl. Pemberian pupuk biasanya dilakukan dengan 2
tahap yaitu sebelum tanam dan setelah penanaman dengan umur tanaman tertentu (Susila,
2006). Pupuk digunakan untuk penambahan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
sehingga tanaman mendapatkan unsur hara dan juga dapat mendukung pertumbuhan
tanaman. Dalam melakukan pemupukan harus memperhatiakan dosis yang akan
diberikan kepada tanaman agar tidak terjadi keracunan unsur hara pada tanaman
sehingga berkembang cara penanaman tumbuhan dengan
memberikan nutrisi yang tepat bagi tumbuhan ().
Media tanam yang baik adalah media tanam
yang dapat menyediakan unsurhara bagi tanaman dan tidak tercemar oleh
senyawa-senyawa yang merugikan tanaman dan media tanam tersebut. Dalam beberapa
pupuk yang diberikan ke tanaman biasanya digunakan unsur Pb sebagai pemberat
yang berguna bagi pupuk sehingga pupuk dapat bertahan lama dalam tanah. Tetapi
unsur Pb ini merupakan salah satu unsur logam berat yanag dapat merusak
struktur tanah sehingga tanah tersebut tercemar oleh logam berat yang tidak
dapat dikurangi oleh tanah tersebut (Hendrasarie, Novirina, 2007).
Salah satu yang penting dalam
membudidayakan tanaman adalah benih yang digunakan. Benih yang digunakan
biasanya digunakan benih yang memiliki kualitas yang baik dan telah dijamin
oleh badan pemerintah yang menangani benih yang akan diedarkan oleh perusahaan
bersangkutan. Sebaiknya dalam melakukan pembenihan dilakukan dengan cara
persemaian benih. Benih yang ditumbuhkan pada media semai akan melakukan proses
perkecam-bahan (germination). Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh
viabilitas benih dan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkem-bangan
bibit (Nurwardani, Paristiyanti, 2008).
Sawi (Brassica juncea L.)
merupakan jenis tanaman sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi
setelah kubis dan brokoli. Selain itu, tanaman sawi juga mengandung mineral,
vitamin, protein dan kalori. Sawim dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah
yaitu 3-1.200 m dpl, namun tinggi tempat yang optimal adalah 100-500 m dpl.
Sawi banyak dibudidayakan para petani di dataran rendah karena akan sedikit
lebih menguntungkan (Haryanto dkk, 2008). Tanaman ini juga dibudidayakan sangat mudah
sehingga di Indonesia tanaman ini cukup populer. Tanaman sawi berasal dari
China yang beriklim dingin tetapi di Indonesia daapat dibudidayakan dengan
mudah dengan ketinggian tertentu. Budidaya tanaman sawi perlu diperhatikan
ketinggian dan iklim yang sangat berpengaruh dalam budidaya tanaman ini. Sawi
juga mengandung serat,
vitamin A, vitamin B, vitamin B2, vitamin B6, vitamin C, kalium, fosfor,
tembaga, magnesium, zat besi, dan protein (Nusifera, Sosiawan, 2001).
Pada budidaya tanaman, khususnya sawi,
baik pembibitan maupun penanaman dilahan media tanam merupakan salah satu
faktor penting yang perlu diperhatikan. Media
Tumbuh di lahan atau tanah adalah tempat tumbuh tumbuhan di atas
permukaan bumi. Di dalam tanah terdapat air, udara dan berbagai hara
tumbuhan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang beada
dalam tanah sangat pentig untuk proses kimia, biologi dan fisika tanah.
Sebagain air tanah terdapat dalam bentuk lapisan tipis yang dinamakan air
kapiler. Air kapiler membentuk larutan tanah yang berfungsi seba-gai sumber
unsur hata tumbuhan. Udara dalam tanah beasal dari udara atmosfir yang
mengandung sekitar 21% Okigen, 78% nitrogen, dan 1% CO2 beserta gas lainnya.
Semua gas tersebar dalam poripori tanah atau terlarut dalam tanah. Akar dan
organisme tanah memerlukan oksigen untuk proses pernafasan (respirasi). Oksigen
dalam tanah digunakan oleh se-mua mahluk hidup dalam tanah, baik organisme
maupun mikroor-ganisme, sehingga konsentrasi oksigen dalam tanah akan lebih
rendah dibandingakan dengan oksigen di atas permukaan tanah (atmosfir). Di
dalam tanah terdapat nitrogen, fosfor, belerang, kalium, kalsium dan magnesium
dalam jumlah yang relative banyak (unsur hara makro) dan terdapat sedikit besi,
mangan, boron, seng dan tembaga (unsur hara mikro). Beberapa tumbuhan
membutuhkan beberapa unsur lain seperti natrium, molibdenum, klor, flour, iod,
silikon, strontium. Hara esensial (penting) sebagian besar terdapat dalam
tanah. Nitogen merupakan unsur hra yang sangt penting bagi tumbuhan. Nitrogen
merupakan ba-han baku untuk penyusunan protein dan asam amino tumbuhan. Nitoden
diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan amonium. Fosfor dibentuk pada
tanah mineral dan berbagai senyawa organik. Fosfor diserap oleh tanaman dalam
bentuk ion fospat. Belerang ditemukan dalam tanah mineral. Belerang diserap
oleh tumbuhan dalam bentuk sulfat. Kalium, kalsium dan magnesium merupakan
logam. Pada saat ketiga logam tersebut di atas bereksi dengan air maka akan dibebaskan
ion-ion kalium, kalsium dan magnesium (Nurwandani, 2008).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
acara 2 teknik media tanam dengan judul “rekayasa media tanam” dilaksanakan
mulai tanggal 1 maret 2012 sampai rentang waktu 1 bulan, yang berakhir pada
tanggal 7 april 2012 dan dilaksanakan di lahan Agrotecno Park, Universitas
Jember.
3.2 Bahan dan
Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanah kering angin lolos mata saing 2 mm
2. Bahan
organik
3. Sekam
4. Bibit
sawi
5. Pupuk
nitrogen (urea)
6. Air
3.2.2 Alat
1. Timba
plastik
2. Ayakan
2 mm
3. Karung
plastik
4. Cawan
timbang
5. Polibag
6. Timbangan
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Media Tanam Kombinasi I
1.
Menimbang tanah kering
angina sebanyak 2 kg.
2.
Memasukkan dalam pot.
3.
Membasahi dengan air
sedikit demi sedikit sebanyak 2 kg.
4.
Menimbang dan mencatat
beratnya.
5.
Menutup pot untuk
menghindari air hujan atau gangguan lain dan membiarkan selama 7 hari.
6.
Mengukur pH tanah.
7.
Menambah dengan air
hingga bobotnya kembali ke berat semula (kapasitas lapang) apabila terjadi
perubahan berat.
8.
Mengusahakan agar tidak
terjadi penutupan pori-pori bagian atas tanah dalam panambahan air.
9.
Mengulangi pekerjaan
tersebut sebanyak 3 kali.
10. Merawat
tanaman :
a.
Menjaga kebersihan
dengan cara melakukan penyiangan rumput dan gulma sekitar area tanaman setiap
hari.
b.
Melakukan perlindungan tanaman
terhadap gangguan OPT.
c.
Menjaga tanaman agar
tidak layu permanen, dengan cara menambah kekurangan air ke berat semula.
11. Memanen
tanaman setelah berumur 35 hari
a.
Membongkar tanaman
secara hati-hati.
b.
Membersihkan tanah yang
melekat pada tanaman dengan mencelupkan ke dalam air.
c.
Menimbang tanaman yang
sudah bersih tersebut.
d.
Mengukur pH tanah
masing-masing pot.
3.3.2
Media
Tanam Kombinasi II
1.
Menimbang tanah kering
angin sebanyak 2 kg.
2.
Membasahi hasil
campuran dengan air sedikit demi sedikit hingga kapasitas lapang sebanyak 2 kg.
3.
Memasukkan dalam pot.
4.
Menimbang dan mencatat
beratnya.
5.
Menutup pot untuk
menghindari air hujan atau gangguan lain dan membiarkan selama 7 hari.
6.
Mengukur pH tanah.
7.
Menambah dengan air
hingga bobotnya kembali ke berat semula (kapasitas lapang) apabila terjadi
perubahan berat.
8.
Mengusahakan agar tidak
terjadi penutupan pori-pori bagian atas tanah dalam panambahan air.
9.
Mengulangi pekerjaan
tersebut sebanyak 3 kali.
10. Melakukan
penanaman bibit sawi.
11. Melakukan
pemupukan.
a.
Melakukan pemupukan pertama
setelah memindahkan tanaman dari polybag ( 5 g Urea).
b.
Melakukan pemupukan
kedua 15 hari setelah tanaman dipindah dari polybag (5 g Urea).
12. Merawat
tanaman :
a.
Menjaga kebersihan
dengan cara melakukan penyiangan rumput dan gulma sekitar area tanaman setiap
hari.
b.
Melakukan perlindungan
tanaman terhadap gangguan OPT.
c.
Menjaga tanaman agar
tidak layu permanen, dengan cara menambah kekurangan air ke berat semula.
13. Memanen
tanaman setelah berumur 35 hari
a.
Membongkar tanaman
secara hati-hati.
b.
Membersihkan tanah yang
melekat pada tanaman dengan mencelupkan ke dalam air.
c.
Menimbang tanaman yang
sudah bersih tersebut.
d.
Mengukur pH tanah
masing-masing pot.
3.3.3
Media
Tanam Kombinasi III
1.
Menimbang tanah kering
angin sebanyak 2 kg.
2.
Mencampur dengan sekam
padi hingga merata sebanyak 100 gram.
3.
Membasahi hasil
campuran dengan air sedikit demi sedikit hingga kapasitas lapang sebanyak 2 kg.
4.
Memasukkan dalam pot.
5.
Menimbang dan mencatat
beratnya.
6.
Menutup pot untuk
menghindari air hujan atau gangguan lain dan membiarkan selama 7 hari.
7.
Mengukur pH tanah.
8.
Menambah dengan air
hingga bobotnya kembali ke berat semula (kapasitas lapang) apabila terjadi
perubahan berat.
9.
Mengusahakan agar tidak
terjadi penutupan pori-pori bagian atas tanah dalam panambahan air.
10. Mengulangi
pekerjaan tersebut sebanyak 3 kali.
11. Merawat
tanaman :
a.
Menjaga kebersihan
dengan cara melakukan penyiangan rumput dan gulma sekitar area tanaman setiap
hari.
b.
Melakukan perlindungan
tanaman terhadap gangguan OPT.
c.
Menjaga tanaman agar
tidak layu permanen, dengan cara menambah kekurangan air ke berat semula.
12. Memanen
tanaman setelah berumur 35 hari
a.
Membongkar tanaman
secara hati-hati.
b.
Membersihkan tanah yang
melekat pada tanaman dengan mencelupkan ke dalam air.
c.
Menimbang tanaman yang
sudah bersih tersebut.
d.
Mengukur pH tanah masing-masing
pot.
3.3.4
Media
Tanam Kombinasi IV
1.
Menimbang tanah kering
angin sebanyak 2 kg.
2.
Mencampur dengan sekam
padi hingga merata sebanyak 100 gram.
3.
Menambah urea hingga
merata sebanyak 50 gram.
4.
Membasahi hasil
campuran dengan air sedikit demi sedikit hingga kapasitas lapang sebanyak 2 kg.
5.
Memasukkan dalam pot.
6.
Menimbang dan mencatat
beratnya.
7.
Menutup pot untuk
menghindari air hujan atau gangguan lain dan membiarkan selama 7 hari.
8.
Mengukur pH tanah.
9.
Menambah dengan air
hingga bobotnya kembali ke berat semula (kapasitas lapang) apabila terjadi
perubahan berat.
10. Mengusahakan
agar tidak terjadi penutupan pori-pori bagian atas tanah dalam panambahan air.
11. Mengulangi
pekerjaan tersebut sebanyak 3 kali.
12. Merawat
tanaman :
a.
Menjaga kebersihan
dengan cara melakukan penyiangan rumput dan gulma sekitar area tanaman setiap
hari.
b.
Melakukan perlindungan
tanaman terhadap gangguan OPT.
c.
Menjaga tanaman agar
tidak layu permanen, dengan cara menambah kekurangan air ke berat semula.
13. Memanen
tanaman setelah berumur 35 hari
a.
Membongkar tanaman
secara hati-hati.
b.
Membersihkan tanah yang
melekat pada tanaman dengan mencelupkan ke dalam air.
c.
Menimbang tanaman yang
sudah bersih tersebut.
d.
Mengukur pH tanah
masing-masing pot.
3.3.5
Media
Tanam Kombinasi V
1.
Menimbang tanah kering
angin sebanyak 2 kg.
2.
Mencampur dengan bahan
organik hingga merata sebanyak 100 gram.
3.
Membasahi hasil
campuran dengan air sedikit demi sedikit hingga kapasitas lapang sebanyak 2 kg.
4.
Memasukkan dalam pot.
5.
Menimbang dan mencatat
beratnya.
6.
Menutup pot untuk
menghindari air hujan atau gangguan lain dan membiarkan selama 7 hari.
7.
Mengukur pH tanah.
8.
Menambah dengan air
hingga bobotnya kembali ke berat semula (kapasitas lapang) apabila terjadi
perubahan berat.
9.
Mengusahakan agar tidak
terjadi penutupan pori-pori bagian atas tanah dalam panambahan air.
10. Mengulangi
pekerjaan tersebut sebanyak 3 kali.
11. Merawat
tanaman :
a.
Menjaga kebersihan
dengan cara melakukan penyiangan rumput dan gulma sekitar area tanaman setiap
hari.
b.
Melakukan perlindungan
tanaman terhadap gangguan OPT.
c.
Menjaga tanaman agar
tidak layu permanen, dengan cara menambah kekurangan air ke berat semula.
12. Memanen
tanaman setelah berumur 35 hari
a.
Membongkar tanaman
secara hati-hati.
b.
Membersihkan tanah yang
melekat pada tanaman dengan mencelupkan ke dalam air.
c.
Menimbang tanaman yang
sudah bersih tersebut.
d.
Mengukur pH tanah
masing-masing pot.
3.3.6
Media
Tanam Kombinasi VI
1.
Menimbang tanah kering
angin sebanyak 2 kg.
2.
Mencampur dengan bahan
organik hingga merata sebanyak 100 gram.
3.
Menambahkan urea hingga
merata sebanyak 50 gram.
4.
Membasahi hasil
campuran dengan air sedikit demi sedikit hingga kapasitas lapang sebanyak 2 kg.
5.
Memasukkan dalam pot.
6.
Menimbang dan mencatat
beratnya.
7.
Menutup pot untuk
menghindari air hujan atau gangguan lain dan membiarkan selama 7 hari.
8.
Mengukur pH tanah.
9.
Menambah dengan air
hingga bobotnya kembali ke berat semula (kapasitas lapang) apabila terjadi
perubahan berat.
10. Mengusahakan
agar tidak terjadi penutupan pori-pori bagian atas tanah dalam panambahan air.
11. Mengulangi
pekerjaan tersebut sebanyak 3 kali.
12. Merawat
tanaman :
a.
Menjaga kebersihan
dengan cara melakukan penyiangan rumput dan gulma sekitar area tanaman setiap
hari.
b.
Melakukan perlindungan
tanaman terhadap gangguan OPT.
c.
Menjaga tanaman agar
tidak layu permanen, dengan cara menambah kekurangan air ke berat semula.
13. Memanen
tanaman setelah berumur 35 hari
a.
Membongkar tanaman
secara hati-hati.
b.
Membersihkan tanah yang
melekat pada tanaman dengan mencelupkan ke dalam air.
c.
Menimbang tanaman yang
sudah bersih tersebut.
d.
Mengukur pH tanah
masing-masing pot.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil-------------------------------------
4.2
Pembahasan
Tanah merupakan
salah satu media tanam yang baik dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Dalam
mendukung media tanam tanah harus memiliki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
sehingga dari kombinasi ke tiga komponen tersebut tanah dapat mengasup
unsur-unsur dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Pengambilan tanah pada
pratikum ini dilakukan dengan cara sederhan yaitu menggunakan cangkul dan
memperhatikan kedalaman yang akan digunakan untuk media tanam. Tanah yang baik
digunakan untuk media tanam digunakan pada kedalaman 20-30 cm dari permukaan
tanah karena pada ketinggian tersebut terletak tanah yang banyak mengandung
humus yang disebut top soil sehingga tanah tersebut dapat menyediakan unsur
hara yang baik.
Rekayasa media
tanam dilakukan bertujuan untuk mendapatkan media yang cocok atau ideal
sehingga pada media tersebut dapat menyediakan unsur hara dan mineral yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pengkomposisian media merupakan salah satu rekayasa
media tanam yang digunakan dengan cara memperbandingkan komposisi antara tanah
dan pelakuan yang akan digunakan. Komposisi media pada BNO dan BNP memiliki
komposisi yaitu 2 kg tanah dengan 100 g bahan organik, sedangkan pada media
yang digunakan pada SNO dan SNP memiliki komposisi yaitu 2 kg tanah dan 100 g
arang sekam. Dari ke empat media yang digunakan antara BNO dan BNP ada
perbedaan dari keduanya yaitu penambahan pupuk urea yang digunakan pada BNP
dengan takaran 5 g, sedangkan pemberian pupuk dalam media SNO dan SNP dilakukan
pada SNP dengan takaran 5 g. Cara membuat media dengan kapasitas lapang
dilakukan dengan cara mencampur media yang telah ditentukan kemudian menimbang
media yang sudah dicampur kemudian memberikan air dengan takaran tertentu
sehingga diketahui air yang mampu ditahan oleh tanah.
Dari pratikum
yang telah dilakukan menunjukkan data bahwa rata-rata pada perlakuan dengan
media SNO dan SNP mengalami kematian yang diakibatkan oleh media yang bahwa media
dengan arang sekam memiliki tingkat pengikatan air dengan cara penyiraman lebih
besar dari pada perlakuan yang lainnya, sehingga akar tanaman mengalami
kebusukan karena kebanyakan air yang tertahan oleh media yang digunakan. Pada
media tanah dari setiap kelompok yang telah dilakukan pada media KNO dan KNP
mengalami dosis air atau pemberian air pada media ini meningkat karena tanah
yang digunakan dapat meloloskan air tinggi sehingga air yang disediakan pada
media tanam tersebut tidak efisien penggunaannya. Media BNO dan BNP rata-rata
media ini dapat menumbuhkan tanaman walaupun rata-rata tanaman yang ditumbuhkan
kecil-kecil. Hal ini dikarenakan oleh media yang digunakan banyak mengandung
bahan organik dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga kebutuhan nutrisi
tanaman yang ada pada media tersebut ditambah maupun tidak ditambah tidak akan
mempengaruhi tanaman yang ditanam. Kebutuhan air pada pratikum ini yang paling
banyak adalah media KNO dan KNP karena tanah yang digunakan adalah tanah yang
besar dalam meloloskan air sehingga air banyak tidak digunakan oleh tanaman.
Dari pratikum
yang telah dilakukan pada masing-masing kelompok rata-rata kapasitas lapang
yang digunakan pada masing-masing kelompok berkisaran antara 2,3-2,4 kg pada
kapasitas lapang. Pada kelompok 1,2,4,5 dan 6 dosis air yang paliing banyak
adalah perlakuan KNP. Hal tersebut terjadi karena ttanah yang digunakan adalah
tanah yang dapat meloloskan air cukup tinggi sehingga tanaman tidak dapat
memanfaatkan air dengan efisien. Tetapi pada kelompok 3 dosis air yang paling
banyak pada media SNO. Hal ini terjadi karena pada arang sekam mudah untuk
meningkatkan aerasi yang tinggi sehingga media tersebut dengan mudah untuk
menguapkan air. Untuk tinggi tanaman yang diperoleh dari data yang telah dilakukan
dalam pratikum ini pada media KNP dan BNO pada masing-masing kelompok. Hal ini
terjadi karena pada media KNP tanah yang digunakan di campurkan dengan pupuk
urea sehingga tanaman dibantu dengan unsur hara N sehingga berpengaruh pada
tinggi tanaman, sedangkan pada BNO tinggi tanaman mengalami perubahan yang
dapat dilihat karena media BNO merupakan media yang kaya akan unsur hara
organik sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik pada media ini karena unsur
hara dapat disediakan oleh media tanam walaupun pada media BNO ada tanaman yang
mati. Perlakuan yang terbaik dari pratikum ini adalah media yang digunakan pada
BNO krena pada media bahan organik banyak mengandung unsur hara organik yang
dibutuhkan oleh tanaman sehingga tanaman dapat mengambil bahan organik secara
alami walaupun ditambahakan oleh urea tanaman masih dapatkan unsur hara yang
ada pada bahan organik tersebut.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam rekayasa media tanam adalah dosis pemupukan yang akan
diberikan dalam setiap tanaman dan pemupukan yang akan diletakkan dalam setiap
media tanam dan juga dosis air yang diberikan pada setiap media tanam. Untuk pemberian
pupuk yang dilakukan harus sesuai dengan takaran yang telah ditentukan pada
setiap label pupuk sehingga tanaman tidak mengalami kelebihan unsur hara yang
dapat menyebabkan tanaman keracunan unsur hara. Peletakan pupuk pada setiap
tanaman harus dilakukan jauh dari daerah perakaran karena apabila terlalu dekat
perakaran menyebabkan tanaman terhambat pertumbuhannya yang disebabkan oleh
pupuk yang belum menjadi ion sehingga tanaman tidak dapat menyerap pupuk
tersebut.
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Pada
pratikum ini dapat disimpulkan perlakuan yang paling baik dalam rekayasa media
tanam yaitu pada media BNO dan BNP karena pada media ini digunakan media yang
penuh bahan organik dan juga dilakukan pemupukan sehingga tanaman dapat unsur
hara yang cukup. Pemberian pupuk harus sesuai dengan dosis yang tertera pada
label pupuk sehingga tanaman tidak akan terjadi keracunan dan juga pemupukan
harus dilakukan jauh dari akar tanaman agar pupuk dapat diurai menjadi ion
sehingga dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman.
5.2
Saran
Untuk
melakukan pratikum ini perlu diperhatikan pemupukan dan dosis pupuk yang
diberikan. Pemberian dosis air yang diberikan pada tanaman harus diperhatikan
agar tanaman tidak terjadi kebusukan pada akar tanaman karena kelebihan air
yang diberikan pada setiap media tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadi,
dkk. 2010. Pengaruh Media Tanam Dan
Frekuensi Pemberian Air Terhadap Sifat Fisik, Kimia Dan Biologi Tanah Serta
Pertumbuhan Jarak Pagar. Jurnal Littri. Vol 16(2):64-69.
Fatimah
dan Handarto. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis
paniculata, Nees). Embryo. Vol 5(2):133-148.
Hanum,
Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman.
Jakarta : Depdiknas.
Haryanto,
Eko, Dkk. 2008. Sawi Dan Selada.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Hendrasarie, Novirina. 2007. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi
Benih Jilid 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hendrasarie,
Novirina. 2007. Kajian Efektifitas
Tanaman Dalam Menjerap Kandungan Pb di Udara. Jurnal Rekayasa
Perencanaan. Vol. 3(2). [online]
diakses pada tanggal 25 April 2012.
Nurwandani,
Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan
Tanaman Dan Produksi Benih. Jakarta : Depdiknas.
Nusifera,
Sosiawan. 2001. Respons Tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) Terhadap Pupuk Daun Nutra-Phos N Dengan Konsentrasi Bervariasi.
[online] diakses pada tanggal 25 April 2012.
Susila, 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran.
Bogor: IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar