Selasa, 07 Mei 2013

pembuatan preparat awetan



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mikroorganisme tanah merupakan salah satu makluk hidup yang berhabitat didalam tanah. Mikroorganisme tanah ada yang menguntungkan bagi tanaman dan ada juga yang merugikan bagi tanaman. Mikroba yang menguntungkan bagi tanaman biasanya mensuplay kebutuhan tanaman seperti unsur hara yang tidak dapat langsung diserap oleh tanaman dalam bentuk senyawa sedangkan mikroba yang merugikan tanaman biasanya menyerang organ tanaman seperti daun, akar, dan batang tanaman.
Populasi mikrobiologi yang ada dalam tanah, bersama dengan berbagai bentuk binatang dan berbagai jenis tanaman tingkat tinggi membentuk suatu sistem kehidupan yang tidak terpisahkan dari bahan mineral dan sisa-sisa bahan organik yang ada di dalam tanah. Mikroba yang merugikan tanaman seperti nematoda, jamur dan bakteri. Nematoda merupakan salah satu mikroba yang dapat menguntungkan bagi tanaman dan ada juga yang dapat merugikan bagi tanaman. Pada mulanya nematoda dianggap sebagai golongan mikroorganisma yang sangat penting dalam berbagai proses yang mempengaruhi fertilitas tanah. Pembuatan preparat nematoda merupakan salah satu upaya untuk mengetahui morfologi tubuh nematoda yang menyerang tanaman maupun yang menguntungkan bagi tanaman.
Bakteri merupakan salah satu mikroba yang mempunyai peran penting bagi tanaman kareena dengan bantuan bakteri tanaman dapat menyerap unsur hara seperti bakteri rizobium yang mengikat N yang ada di udar, tetapi bakteri juga dapat merugikan bagi tanaman seperti dapat menyebabkan penyakit bagi tanaman. Bakteri ada yang aerob dan ada juga yang anaerob menurut kebutuhan oksigen bagi bakteri tersebut. Pembuatan preparat awetan bakteri ini digunakan untuk mengetahui morfologi bakteri yang menguntungkan bagi tanaman dan merugikan bagi tanaman.
Jamur merupakan unsur golongan yang penting dari golongan populasi dalam tanah, tersebar secara luas, bentuk-bentuk tertentu merupakan karakteristik dari suatu tipe tanah sebagai medium alami bagi perkembangannya. Untuk memperbandingkan berlimpahnya bakteri dan jamur secara relatif pada tanah dengan kegiatan potensialnya dalam tanah memang tidak ada dasarnya, terutama kalau tidak diketahui mengenai jamur tersebut menampilkan miselium atau spora. Sehingga diperlukannya identifikasi lebih lanjut mengenai jamur dan bakteri dengan menggunakan dasar preparatnya.

1.2  Tujuan
Untuk  mendapatkan spesemen nematode dan jamur dalam keadaan awetan.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Nematoda merupakan mikroorganisme tanah yang menyerang tanaman yang dapat menyebabkan tanaman berpuru pada akar, batang, dan biji tanaman. Nematoda ini habitatnya terdapat didalam tanah. Nematoda biasanya yang menyerang pada tanaman menyebabkan tanaman tersebut layu, menguning bahkan dapat menjadi mati apabila serangan nematoda tersebut sudah parah. Contoh nematoda yang menyerang akar tanaman adalah nematoda akar seperti (Meloidogyne spp) dikenal sebagai parasit akar pada berbagai jenis tanaman, terutama di daerah tropik dan subtropik. Interaksi nematoda ini dengan tanaman inang menimbulkan gejala yang khas pada bagian akar di bawah permukaan tanah. Tumbuhan yang terserang biasanya menunjukkan gejala pertumbuhan yang tidak normal, seperti kerdil dan cendrung layu pada hari-hari yang panas, sedangkan akarnya akan mengalami pembengkakan. Biasanya nematoda ini menyerang tanaman tomat (Setyobudi, dkk, 2009).
Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat hidup pada kondisi yang lembab seperti pada media tanam yang lembab dan lain-lain. Jamur juga ada yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan bagi tanaman. Jamur yang menguntungkan bagi tanaman seperti mikoriza karena jamur ini mensuplai unsur hara dan mineral bagi tanaman, sedangkan yang merugikan tanaman adalah jamur yang dapat menjadi inang penyakit tanaman. Jamur dapat menghasilkan suatu enzim yang berguna bagi makluk hidup lainnya maupun dapat juga merugikan bagi makluk hidup tersebut. Salah satu enzim yang dihasilkan jamur adalah inulinase. Inulinase adalah enzim hidrolitik yang mengkatalisis reaksi hidrolisis polisakarida inulin menjadi fruktosa dan atau fruktooligosakarida. Pembuatan preparat jamur ini digunakan sebagai mengetahui morfologi jamur dan cara menginfeksi pada inangnya baik bagi yang menguntungkan maupun merugikan tanaman (Haryanto, 2008).
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu larva I sampai larva IV dan nematode dewasa. Semua spesies nematoda puru akar memiliki siklus hidup yang sama . Lama siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18 – 21 hari atau 3 – 4 minggu dan akan menjadi lama pada suhu yang dingin (Agrios, 1996).
Mikroorganisme tanah dapat menguntungkan bagi tanaman karena mikroorganisme ini dapat menyediakan unsur dan mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu mikroorganisme yang menguntunggkan bagi tanaman adalah jamur mikoriza yang melakukan simbiosis oleh akar tanaman dan menyediakan unsur P yang dimanfaatkan oleh tanaman. Untuk mengisolasi mikroorganisme tanah dapat dilakukan dengan cara prosedur bakteriologis biasa dan menggunakan media yang sederhana (Sutedjo, dkk, 1991). Metode ini juga dapat diterapkan pada mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit bagi tanaman.
Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme. Tanah juga meruppakan medium tempat mikroorganisme tanah tinggal. Berdasarkan sumber karbon maka mikrobia dapat dibedakan atas mikrobia yang dapat mensintensis semua komponen sel dari karbondioksida yang disebut dengan autotrof. Sedangkan mikrobia yang memerlukan satu atau lebih senyawa organik sebagai sumber karbon disebut heterotrof. Akar tanaman merupakan salah satu tempat yang dapat digunakan mikroorganisme tanah untuk menyerang tanaman. Biasanya nematoda menginfeksi akar tanaman pada bagian dalam akar dan juga pada sel epidermis tanaman. Pertumbuhan bulu akar akan dibatasi oleh kondisi tanah (terutama kelembapan) dan aktifitas mikroorganisme tanah. Kelembapan juga dapat merangsang bagi jamur dan bakteri untuk tumbuh (Lakitan, Benyamin, 2007).
Mikroorganisme bukan hanya berguna bagi tanaman tetapi juga bermanfaat bagi manusia terutama dalam pengmbangan bioteknologi. Mikroba yang dapat menyebabkan penyakit bagi tanaman juga dapatt dikembangkan untuk penggunaan sebagai parasit terhadap serangga. Untuk kesuburan tanah juga dapat dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme tanah (Isnansetiyo dan Kurniastuti, 1995). Hal tersebut karena adanya perkembangan teknologi yang menggunakan bioteknologi pertanian seperti pemanfaatan mikroba untuk fermentasi.

Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300- 800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan, menurut Agrios (1996), nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas.




BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
   Praktikum Teknik Media Tanam Jurusan Tanah dengan judul acara Pembuatan Preparat Awetan Nematoda, Jamur dan Serangga Tanah ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 27 April 2012 pada pukul 07.00 WIB. Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas  Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Jarum ose
2. Preparat
3. Deglass
4. Mikroskop
5. Pancingan
6. Cawan petri
7. Tabung besi (plong-plongan)
8. Bunsen
9. Alas meja
10. Petridis

3.2.2 Bahan
1. Dichloro-ether
2. Air
3. Parafin
4. Isolat Jamur dan Nematoda
5. Kutek
6. Laktofenol


3.3 Cara Kerja
3.3.1        Membuat Preparat Awetan Nematoda
1.      Memancing nematode dari hasil ekstraksi, kemudian menginfeksasi.
2.      Mengumpulkan beberapa ekor nematode yang telah difiksasi dan memasukkan ke dalam gelas arloji atau cawan petri yang telah berisi laktofenol panas (65-70oC) dan member zat pewarna .
3.      Membuat lingkaran paraffin pada gelas benda, menetesi laktofenol secukupnya (1-2 tetes), member glasswoll pada tiga sisi sebagai penyanggah agar nematoda tidak pipih.
4.      Memindahkan nematoda dengan pancing dan menempatkan tepat di tengah-tengah lingkaran paraffin dalam laktofenol.
5.      Menutup dengan kaca penutup (cover slip)
6.      Memanaskan diatas lempeng pemanas atau lampu Bunsen beberapa detik untuk mencairkan parafinnya dan melekatkan dengan lem atau lak kuku (kutek).
7.      Kemudian memasukkan kedalam lempeng preparat yang terbuat dari lempeng alumunium, menjepit dengan karton.
8.      Member etiket tentang nama spesies, nama kolektor, tempat dan lain sebagainya.
9.      Menyimpan dalam kotak preparat.

3.3.2        Membuat Preparat Awetan Jamur
1.      Setelah kurang lebih 4-7 hari dari pembuatan biakan murni, mengamati dengan seksama jamur yang tumbuh.
2.      Selanjutnya setiap mahasiswa mengambil hasil tumbuh jamur dalam media agar miring, biasanya spora dan misellium atau gabungan keduanya untuk selanjutnya dijadikan preparat awetan jamur.
3.      Mengambil dengan jarum atau jarum ent steril hasil tumbuh jamur dalam media agar miring lalu menempatkan di atas gelas benda yang berisi laktofenol dalam lingkaran paraffin. Mengamati dibawah mikroskop bentuk jamur apakah bagus dan kayak untuk dijadikan preparat awetan ataukah tidak.
4.      Apabila sudah dirasa bagus dan layak, maka tutup dengan cover slip.
5.      Memanaskan diatas lempeng pemasan atau lampu Bunsen.
6.      Lekatkan dengan lem atau lak kuku.
7.      Memasukkan ke dalam lempeng alumunium, jepit dengan karton, member etiket secukupnya.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
---------------

4.2    Pembahasan
Tanah merupakan salah satu media tanam yang digunakan untuk tempat tumbuh tanaman dan menyediakan unsur hara bagi tanaman serta mineral bagi tanaman. Tanah juga bukan hanya sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman tetapi tanah juga sebagai tempat mikrooganisme dan makroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah ada yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan bagi organisme lain terutama tanman. Mikroorganisme tanah yang merugikan bagi tanaman biasanya menyebabkan tanaman menjadi terganggu pertumbuhannya seperti tanaman layu, menguning dan lain-lain. Sedangkan yang menguntungkan bagi tanaman adalah yang dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti unsur N, P dan K.
Mikroorganisme tanah yang merugikan seperti nematoda, jamur dan bakteri. Nematoda merupakan mikroba tanah yang dapat menyebabkan bagian tanaman berpuru. Nematoda dibagi menjadi dua golongan. Golongan heterotropik dan autotropik. Nematoda  heterotropik meliputi mayoritas besar organisme dalam tanah, pertumbuhannya tergantung dari bahan-bahan organik sebagai sumber energinya. Nematoda ini sangat berbeda dalam susunan dan fisiologisnya, berlimpahnya dan kepentingannya, sementara ada yang aerobik dan sementara ada yang anaerobik. Sedangkan bakteri autrotopik dicirikan oleh sifat-sifat fisiologis tertentu yang sangat membedakan dari semua nematoda lainnya yaitu pertumbuhan dan perkembangannya yang menyukai media mineral yang elektif, oksidasi bahan-bahan anorganik, dan eksistensi dihubungkan dengan tersedianya unsur-unsur anorganik atau senyawa sederhana.
Pembuatan preparat nematoda  melalui beberapa tahap yaitu ada 5 tahap seperti memancing nematoda, membius nematoda, membunuh nematoda, fiksasi nematoda dan membuat preparat nematoda.
1.        Memancing (pickking)
Memancing nematoda merupakan kegiatan yang dilakukan secara teliti karena melakukan pemancingan ini harus membutuhkan mikroskop binokular. Alat pemancingan misalnya menggunakan bambu yang pada ujungnya diruncingkan. Cara pemancingan yaitu mengambil mikroskop binokular, meletakkan nematoda pada lensa obyektif yang telah diektrksi, mencari nematoda yang diinginkan dengan cara menggerakkan wadahnya, setelah nematoda yang diingnkan sudah didapatkan maka menggunakan pencing yang telah disiapkan, mengarahkan pancingan kepada nematoda yang diinginkan, mengangkat nematoda sedikit demi sedikit, lalu meletakkan pada gelas benda yang sudah disiapkan.
2.        Membius
Pembiusan nematoda digunakan untuk mengetahui waktu istirahat nematoda tersebut. Cara membius yaitu setelah nematoda yang didapat dari pemancingan ditempatkan pada gelas benda yang telah dilingkari oleh parafin dan diberi sedikit air, lalu memberi dichloro ethyl eter beberapa tetes sesuai volume air pada tetesan tersebut.
3.        Membunuh
Membunuh nematoda digunakan untuk nematoda agar tidak bergerak lagi sehingga pengamatan lebih leluasa. Cara membunuh nematoda ada 3 cara yaitu membunuh satu persatu, membunuh bersama-sama, dan membunuh sekaligus. Dari ketiga cara yang dilakukan pada dasarnya sama caranya menggunakan panas dan senyawa tertentu.
4.        Fiksasi
Memfiksasi nematoda berfungsi untuk mencegahh nematoda agar tidak rusak karena serangan mikroorganisme parasit. Cara memfiksasi nematoda sama dengan membunuh nematoda tetapi menggunakan larutan coagunal seperti etanol dan noncoagunal seperti formalin.
5.        Membuat preparat nematoda
Pembuatan preparat awetan digunakan berfungsi sebagai mengetahui morfologi nematoda dan membedakan antara nematoda parasit dan nonparasit. Caranya adalah mengumpulkan beberapa ekor nematoda dan memasukkan pada kaca arloji yang telah berisi lakthofenol panas (65-70) lalu memberi zat pewarna. Kemudian menetesi laktofenol pada gelas benda dan memberi glasswool pada tiga sisi agar nematoda tidak pipih. Menutup nematoda yang ada dalam gelas benda dengan kaca penutup. Memanaskan diatas lempengan panas beberapa detik agar parafin mencair. Memberi label nama nematoda, pembuat, dan tempat.
Pembuatan preparat jamur hampir sama dengan pembuatan preparat nematoda yaitu dengan cara mengambil beberapa bentuk dan warna hifa atau miselium jamur dari hasil isolasi, mengamati jamur-jamur yang tumbuh, mengambil jamur dengan menggunakan jarum ose dan menggoreskan pada gelas benda yang telah diberi parafin, memberi warna pada preparat, memberi glaswool, menutup dengan kaca penutup, lalu memanaskan beberapa detik diatas bunsen, lalu memberi nama jamur, tempat dan kolektor.


BAB 5. PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan didapat kesimpulan sebagai berikut:
1.    Tanah merupakan ssalah satu media tanam yang menjadi habitat beberapa mikroorganisme.
2.    Pembuatan preparat nematoda  melalui beberapa tahap yaitu ada 5 tahap seperti memancing nematoda, membius nematoda, membunuh nematoda, fiksasi nematoda dan membuat preparat nematoda.
3.    Pembuatan preparat jamur hampir sama dengan pembuatan preparat nematoda.

5.2    Saran

Untuk melakukan pratikum ini harus memiliki ketelitian dan kesabaran yang mendukung sehingga didapat preparat awetan yang sesuai dengan yang kita inginkan. Juga digunakan peralatan yang steril agar preparat yang ada tidak tercemar oleh mikroorganisme lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agrios, N.G. (1996) Ilmu Penyakit Tumbuhan. Terjemahan Busnia, M dan Martoredjo, T.  , Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Isnansetiyo dan Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton Pakan Alami Untuk pembenihan Organisme. Yogyakarta: Kanisius.

Haryanto, Slamet. 2008. Isolasi Jamur Lagenidiales Pada Larva Kepiting Bakau (Scylla tranquebarica). Buletin Teknik Litri Akuakultur. Vol 7(1): 53-58.

Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers.

Setyobudi, dkk. 2009. Variasi Ketahanan Genotipe Kenaf (Hibiscus Cannabinus L.) Terhadap Nematoda Puru Akar (Meloidogyne Incognita). Jurnal Littri. Vol 15(2): 60 – 65.

Sutedjo, dkk. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rienika Cipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar