BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kedelai
merupakan salah satu komuditas tanaman yang banyak dibudidayakan oleh
masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah kedelai yang diproduksi oleh
masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara membudidayakan kedelai
yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman kedelai telah banyak dialih fungsikan
sebagai gedung-gedung dan lain-lain. Kedelai sebagai bahan pokok untuk produksi
industri rumah tangga seperti pembuatan tempe dan tahu. Tanaman kedelai ini
dapat bersimbiosis mutualisme dengan mikroorganisme tanah seperti rhizobium.
Rhizobium ini dapat meningkatkan kebutuhan N bagi tanaman.
Hasil
tanaman kedelai juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih belum
optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang belum
tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki. Usaha
untuk meningkatkan produksi tanaman kedelai adalah peningkatan taraf hidup
petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi kedelai yang memenuhi standard baik
kualitas dan kuantitas kedelai yang dihasilkan tetapi dalam melakukan hal
tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik tanaman kedelai yang akan ditanam seperti
morfologi, fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman kedelai
sehingga dapat meningkatkan produksi kedelai di Indonesia.
Akar
tanaman kedelai berfungsi sebagai pengambilan unsur hara dan mineral yang dibutuhkan
oleh tanaman kedelai tersebut untuk tumbuh sehingga akar ini merupakann organ
yang vital bagi setiap tanaman dan akar tanaman kedelai ini juga berfungsi
tempat simbiosis
oleh bakteri penambat N. Batang tanaman kedelai berfungsi sebagai tempat percabangan
ranting tanaman serta sebagai tempat penghubung atau penyaluran unsur hara dan
mineral dari akar ke batang dan penyaluran hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tanaman. Daun tanaman kedelai berfungsi sebagai tempat proses
fotosintesis yang digunakan tanaman untuk melangsungkan hidup tanaman atau
lebih tepatnya sebagai dapur tanaman. Bunga kedelai berfungsi sebagai
perkembangbiakan secara generatif tanaman kedelai. Biji tanaman kedelai
berfungsi sebagai perkembangan generatif tanaman kedelai tersebut dan biji ini yang berguna
bagi manusia sebagai bahan pokok makanan dan bahan lainnya dari tanaman kedelai.
Tanaman
kedelai merupakan tanaman yang bersifat semusim yaitu tanaman yang hanya ditanam hanya
sekali sehingga tidak dapat dipanen secara berulang-ulang.
Tanaman kedelai ini kaya akan sumber protein sehingga
banyak manfaatnya bagi manusia. Untuk umur kedelai sendiri tergantung pada varietas
yang digunakan untuk budidaya. Ada kedelai
yang berumur dalam yaitu lebih dari 90
hari dalam 1 kali panen, kedelai
yang berumur sedang antara 85-90
panen dan ada juga umur kedelai
yang berumur rendah yaitu kurang dari 75-85
hari pemanenan.
Upaya
untuk meningkatkan produksi kedelai
yang optimal perlu diperhatikan faktor lingkungan yang ada di lahan atau tempat
budidaya tanaman kedelai
serta teknik bercocok tanaman kedelai
yang benar. Untuk faktor lingkungan meliputi beberapa faktor yaitu iklim, tanah
dan tinggi tempat tanaman kedelai
yang diperlukan untuk tumbuh secara optimal sedangkan untuk cara bercocok tanam
yang benar seperti pemilihan varietas, pengolahan tanah, waktu tanam, persiapan
benih, pemupukan dan pemeliharaan.
1.2
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan menghitung
produktivitas tanaman kedelai.
2.
Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman
kedelai yang baik dan sesuai dengan
kondisi tanah.
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
Kedelai merupakan salah satu tanaman C3 yang berarti tidak banyak membutuhkan sinar matahari
yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman tersebut dan peka terhadap pencahayaan.
Tanaman C3
merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari yang lebih rendah sehingga tanaman ini dapat
membentuk rantai carbon sebanyak 3
buah dalam menambat carbon dioksida (CO2) dalam melangsungkan
fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995). Untuk tanaman kedelai tidak perlu diadakan naungan karena salah
satu tanaman C3
sehingga tanaman kedelai lebih efektif pada suhu antara 23-270
C dan ketinggian antara 0,5-500
m dari permukaan laut. Tanaman kedelai
termasuk tanaman dikotil
yang berarti memiliki kayu pada bagian
batangnya dan termasuk dalam famili polog-polongan.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi produksi tanaman kedelai dapat dari berbagai hal, salah satu contohnya yaitu
faktor iklim. Iklim merupakan keadaan dimana yang sangat menentukan sehingga
tidak semua tanaman dapat tumbuh pada iklim tertentu. Selain iklim dapat menentukan
produktivitas tanaman kedelai
tetapi dapat juga menentukan dalam hal kandungan gizi yang dihasilkan tanaman
tetapi masyarakat tidak mementingkan gizi yang terkandung dalam tanaman kedelai tersebut yang penting bagi masyarakat adalah memproduksi tinggi
dan mendapat keuntungan yang sebesar-besarnya. Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis yang hanya memiliki 2
musim yaitu musim hujan dan kemarau. Untuk daerah iklim tropis kandungan gizi didalam tanaman hanya banyak mengandung
karbohidrat yang tinggi tetapi rendah kandungan protein pada setiap tanaman
yang dihasilkan tetapi kedlai
mampu memproduksi protein yang banyak (Kartasapoetra, 1990).
Peningkatan
produktivitas tanaman kedelai
merupakan hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam
hal peningkatan produksi tanaman kedelai
ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial, hama dan
penyakit dan varietas tanaman
yang akan ditanam. Salah satu faktok iklim yang berpengaruh dalam meningkatkan
produksi tanaman adalah cahaya. Cahaya merupakan hasil dari gabungan antara
berbagai warna yang ditimbulkan oleh sinar matahari atau benda lain yang dapat
menghasilkan cahaya. Bagi tanaman cahaya sangat penting karena menyangkut
berbagai hal dalam melakukan fotosintesis yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan
hidupnya. Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh
tanaman tetapi proses pekembangan seperti perkecambahan, perpanjangan batang,
membukanya hipocotyl, perluasan daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan
daun, pembukaan bunga dan dormansi tunas (Fitter dan Hay, 1992).
Faktor
esensial merupakan faktor yang meliputi beberapa hal seperti air, unsur hara,
sifat fisik tanah dan sifat biologi tanah. Air merupakan mineral yang terbentuk
dari H2 dan O2 sehingga membentuk senyawa dihidrogen
oksida (H2O). Air ini juga sebagai sumber kehidupan karena 90%
makluk hidup memerlukan air dan juga 95% tubuh makluk hidup terdiri dari air.
Bagi kindom plantae atau tanaman air merupakan hal pokok dalam melakukan berbagai
kegiatan seperti fotosintesis, pebelahan sel, perkembangan tanaman dan
lain-lain. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman terutama tanaman kedelai memerlukan air yang sesuai untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Air didapat tanaman kedelai dari dalam tanah melalui bulu-bulu
akar tanaman. Masuknya air ke dalam akar melalui proses difusi yang terjadi
pada sel akar tanaman. Untuk tanaman kedelai tanah yang paling bagus digunakan adalah tanah yang
memiliki ketersedian air yang cukup selama pertumbuhan tanaman dan memiliki
aerasi yang cukup (Gardner, dkk, 1991).
Irigasi
merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman dengan
membuat saluran-saluran irigasi sehingga ketika air dibutuhkan oleh tanaman
petani perlu mengalirkan air ke dalam petak tanaman kedelai tersebut. Hal ini tersebut
merupakan salah satu manfaat pengairan atau irigasi bagi tanaman dan petani.
Untuk irigasi tanaman kedelai
lebih baik menggunakan irigasi permukaan karena panjang akar tanaman menentukan untuk efektifitas tanaman tersebut mengambil
air dan untuk
menjangkau air tanah yang dalam selain itu irigasi ini hanya diperuntukkan bagi
tanaman pangan seperti
kedelai, padi dan lain-lain (Al Omran et al, 2012).
Salah satu pengurangan transpirasi yang disebabkan oleh sinar matahari yang
cukup tinggi digunakan mulsa dalam budidaya tanaman kedelai. Mulsa ini dapat menggunalkan plastik atau bahan lain
seperti daun tanaman lain tetapi prinsipnya adalah menutupi permukaan tanah
tanaman untuk mengurangi transpirasi dari pengaruh intensitas cahaya yang
tinggi (Syawal, 2007). Untuk tanaman kedelai penggunaan mulsa disarankan karena
tanaman ini hidup pada iklim dimana suhu udara lebih dari 300 C
sehingga air yang ada didalam tanah pada tanaman ini lebih mudah untuk menguap
sehingga apabila tanaman kekurangan air akan menurunkan produksi tanaman
tersebut.
Peningkatan produksi
tanaman kedelai
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya adalah pemupukan.
Pengetahuan para petani dalam pemberian pupuk sangat kurang sehingga
menyebabkan penurunan produksi tanaman kedelai. Para petani hanya menggunakan pengalaman sehingga
tidak mengetahui pemberian pupuk dengan unsur apa dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kedelai.
Akibatnya kualitas tanaman kedelai
di Indonesia menurun. Pemberian zat yang salah dapat menimbulkan akibat yang
fatal bagi tanaman dan tanah serta petani mengalami kerugian. Kerugian tersebut
seperti kematian tanaman yang dibudidayakan, timbulnya gejala-gejala penyakit
tanaman yang baru, kerusakan sifat fisik tanah, tidak ekonomis dan lain
sebagainya (Sutejo, 1995).
Unsur N yang dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah yang besar merupakan unsur hara yang digunakan
tanaman untuk pertumbuhan tanaman sehingga dalam memenuhi unsur N tersebut dilakukan
pemberian pupuk Urea. Tidak hanya digunakan dalam pertumbuhan tanaman unsur N
tetapi dalam diferensiasi biji untuk perkembangan generatif tanaman (Ryan et al, 2009). Urea juga memiliki
kandungan unsur N tinggi sehingga pemberian pupuk Urea ini dilakukan saat
tanaman melakukan pertumbuhan vegetatif tetapi dalam melakukan pemupukan harus
memperhatikan waktu, dosis pupuk yang diberikan, musim dan lain-lain. Hal
tersebut dilakukan untuk memberikan efektivitas pemberian pupuk ke tanah dan dimanfaatkan bagi tanaman.
Pupuk organik merupakan
perlakuan pemupukan yang menggunakan pupuk dari berbagai sisa hasil metabolisme
makluk hidup seperti kotoran cair dan padat maupun sisa organ makluk hidup yang
telah mati seperti daun dan batang tanaman. Kelemahan pemupukan bahan organik
adalah pupuk organik perlu melalui proses yang lama sehingga keperluan unsur
hara tanaman tidak langsung terpenuhi dan dapat memperlambat proses pertumbuhan
tanaman. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah penggunaan pupuk
kandang. Pupuk kandanh merupakan hasil dari kotoran hewan ternak seperti sapi,
unggas dan kambing dalam bentuk padat maupun cair. Pemberian pupuk kandang terutama dai ayam ini dapat meningkatkan
kandungan unsur hara yang ada didalam
tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat meningkatkan
produktivitas tanaman kedelai
terutama berat biji
yang dihasilkan (Shanti,
2009). Karena pupuk kandang yang berasal dari ayam memiliki
unsur N, P dan K cukup tinggi sehingga banyak digunakan para petani.
Pemberian pupuk baik
pupuk kimia maupun pupuk organik perlu memperhatikan berbagai hal agar tidak
terjadi dampak yang buruk bagi tanah maupun lingkungan sehingga dapat
menurunkan produktivitas tanah
dan tanaman akan keracunan unsur hara tertentu karena tidak memperhatikan
dampak yang timbul. Salah satu contoh adalah unsur P.
Ketika pemberian unsur P ke dalam tanah dapat menyebabkan residu didalam tanah
karena unsur phosphat ini menyebabkan peningkatan asam organik didalam tanah
sehingga tanah akan berubah menjadi asam sehingga tanaman akan mengalami
kematian (Mohammadi et al, 2009). Tetapi unsur phospat ini yang mengendap dapat diurai
menjadi unsur phospat yang lebih sederhana dengan penambahan BPF (Bakteri
Pelarut Phospat) sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman unsur phospat
tersebut.
BAB
3 METODOLOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Pratikum
ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 08
Oktober 2012 pukul 13.30 WIB di Laboratorium Produksi Tanaman Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Cangkul
2.
Tugal
3.
Rol meter
4.
Tali rafia
5.
Papan nama
6.
Ayakan
7.
Timba
3.2.2 Bahan
1.
Benih kedelai
2.
Tanah
3.
Pupuk Urea, SP 36, dan KCl
4.
Polibag ukuran 40x60
5.
Tanah kering angin (diayak)
3.3
Cara
Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan.
2.
Menyiapkan media tanam dengan cara
mengayak tanah dan menjemur sampai kering angin.
3.
Mengambil sampel tanah kemudian
menganalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH,
C-Organik dan sifat fisik tanah.
4.
Memasukkan tanah sebanyak 10 Kg kedalam
poliba, untuk perlakuan menambahkan bahan organik yang sesuai dengan berat
tanahnya, kemudian menyiram dengan air.
5.
Menanam benih kedelai pada masing-masing polibag, satu
lubang diisi 2 biji kedelai.
6.
Menambahkan bahan organik dan pupuk
Urea, SP 36 dan KCl sesuai dengan analisa dari sidik cepat yang telah dilakukan
sedangkan pupuk Urea sesuai dengan perlakuan.
7.
Melakukan pengamatan secara rutin.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
------------------------------------------------
4.2
Pembahasan
Tanaman kedelai merupakan salah satu komoditas nomor 3 setelah jagung yang
dikonsumsi polong kedelai sebagai bahan baku industri seperti industri tempe
dan lain-lain. Kebutuhan kedelai di Indonesia semakin tahun semakin meningkat
karena permintaan kebutuhan yang digunakan untuk perindustrian dan konsumsi
masyarakat mengakibatkan kebutuhan kedelai dalam negri tidak dapat memenuhi
kebutuhan konsumen sehingga pemerintah melakukan import dari negara penghasil
kedelai. Banyak yang menjadi faktor dalam penurunan produksi kedelai dalam
negri selain konsumsi kedelai meningkat. Pada dasarnya produktivitas mengalami
peningkatan relatif tinggi dibandingkan dengan penurunan areal produksi tanaman
kedelai yaitu produksi rata-rata meningkat 0,015% per tahun sedangkan untuk
konsumsi per kapita meningkat pada tahun 2010 sekitar 1.64 juta ton dan
diperkirakan pada 2013 sebesar 1.66 juta ton sehingga pemerintah perlu
mengimport kedelai dari luar negi untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negri
(Darsono, 2009).
Peningkatan hasil produksi setiap tanaman
dapat ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan, cara budidaya dan lain-lain
sehingga memperhatikan faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan produksi
tanaman terutama kedelai karena sampai saat ini Indonesia masih mengimpor dari
luar kedelai karena pasokan dalam negri belum mampu mencukupi konsumsi dalam
negri. Berikut beberapa tahapan dalam budidaya tanaman kedelai:
1. Persiapan
Terdapat
2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan tanah
(ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan persiapan dengan pengolahan
tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan
sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan. Pertama dibiarkan
bongkahan terangin-angin 5 - 7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan,
memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa - sisa akar. Jarak
antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.
2. Pembentukan Bedengan
Pembuatan
bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun dengan bajak lebar 50 - 60
cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang
satu dengan lainnya sekitar 3 - 4 m.
3. Pengapuran
Tanah
dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus
dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan
dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur sedalam lapisan olah
tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan
dosis 2 - 3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi
dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan. Kapur halus memberikan
reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai sumber kapur dapat digunakan
batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur tidak harus dilakukan setiap kali
tanam, tetapi setiap 3 - 4 tahun sekali. Dengan pengapuran, tanah menjadi kaya
akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu
peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan Molibdenum (Mo) yang berperan
penting untuk produksi kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena
erat hubungannya dengan perkembangan bintil akar.
4. Penentuan Pola Tanam
Jarak
tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20 - 40 cm. Jarak
tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm. Jarak tanam hendaknya
teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi.
Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman
yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan
sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.
Penentuan pola tanam ini juga dapat mempermudah petani dalam melakukan
pengairan dan irigasi sehingga tidak terganggu pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
5. Waktu Tanam
Pemilihan
waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena
banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan
berkisar antara 75 - 120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir
musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup
air. Waktu tanam yang tepat
pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila ditanam di
tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila
ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim
penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal
sampai pertengahan musim kemarau.
7. Pemupukan
Dosis
pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada
tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan
tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan
hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk
Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk
Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur:
pupuk kandang=2000 - 5000 kg/ha; Urea=50 - 100 kg/ha, TSP=50 - 75 kg/ha dan
KCl=50-75 kg/ha.
8. Penyulaman
Benih yang tidak tumbuh segera disulam, sebaiknya
memakai bibit dari varietas dan
kelas yang sama. Penyulaman paling lambat pada saat tanaman berumur 1 minggu.
9. Penyiangan
Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali, karena
di lahan kering gulma tumbuh
dengan subur pada musim penghujan. Penyiangan I pada saat tanaman berumur 2 minggu, menggunakan cangkul. Penyiangan
II bila tanaman sudah berbunga
(kurang lebih umur 7 minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengan tangan.
10. Pengendalian hama
Tidak kurang dari 100 jenis serangga dapat menyerang
kedelai. Pengendalian
di tingkat petani terutama di daerah sentra
produksi sering menggunakan insektisida secara
berlebihan tanpa memperdulikan populasi hama. Hal ini selain menambah biaya juga merusak lingkungan dan
menimbulkan kematian serangga berguna. Untuk
mengurangi frekuensi pemberian insektisida adalah dengan aplikasi insektida berdasarkan pemantauan hama.
Insektisida hanya akan digunakan bila kerusakan
yang disebabkan oleh hama diperkirakan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, yaitu setelah
tercapainya ambang kendali.
11. Panen
Kedelai
harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen
terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil
karena biji rontok. Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah :
a.
Daun telah menguning dan mudah rontok
b.
Polong biji mengering dan berwarna
kecoklatan
c.
Panen yang benar dilakukan dengan cara
menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan
mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga
tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji.
(Nurwardani, 2008)
Tanaman kedelai merupakan
salah satu tanaman polong-polongan yang mempunyai nilai gizi tinggi terutama
protein dalam polong yang dihasilkan. Tanaman ini juga banyak sekali manfaatnya
mulai dari polong sampai daunnya. Kedelai memiliki morfologi yang berkembang
vegetatif dan generatif. Secara vegetatif tanaman ini meliputi akar, batang dan
daun sedangkan perkembangan secara generatif meliputi bunga dan buah atau biji.
Morfologi tanaman ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Akar
Tanaman kedelai ini memiliki akar tunggang yang membentuk cabang-cabang
yang pertumbuhannya menyamping dan tidak jauh dari permukaan tanah. Akar
tanaman pada umumnya berfungsi sebagai penyerapan air tetapi pada tanaman
kedelai ini juga sebagai tempat asosiasi dengan bakteri penambat N bebas
sehingga tanaman tidak memerlukan N dalam jumlah banyak.
2.
Batang
Tipe pertumbuhan batang tanaman kedelai dibedakan menjadi 3 macam yaitu
determediet, indeterrmediet dan semidetermediet. Dari ketiga macam pertumbuhan
batang kedelai ini didasarkan pada letak pucuk bunga yang ada. Ketiga macam
pertumbuhan tersebut memeiliki beberapa perbedaan terutama terlihat pada
percabangan tanaman ini.
3.
Daun
Daun tanaman memiliki beberapa fungsi antara lain adalah melakukan
fotosintesis, melakukan respirasi dan lain-lain. Daun tanaman kedelai ini
termasuk daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak daun dan pada umumnya
berwarna hijau atau hijau kekuning-kuningan. Bentuk daun oval dan ada juga yang
segi tiga.
4.
Bunga
Bunga kedelai pada umumnya digunakan sebagi perkembangbiakan tanaman secara
generatif. Bunga kedelai mempunyai bentuk bunga seperti kupu-kupu, mempunyai 2
mahkota bunga dan dua kelopak bunga. Warna bunga putih bersih atau ungu muda.
Biasanya bunga tumbuh pada ketiak daun dan berkembang dari bawah lalu muncul
keatas.
5.
Buah
atau biji
Biji pada umumnya merupakan hasil pembuahan yang dilakukan oleh tanaman
untuk meneruskan generasi berikutnya. Pada tanaman kedelai ini memiliki biji
yang kaya akan protein sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk bahan baku
industri. Biji kedelai dapat dihasilkan 100-250 biji setiap tanaman. biji
kedelai berada didlam polong setiap polong berisi sekitar 1-4 biji. Polong
memiliki bulu berwarna kuning kecoklatan atau kuning muda. Polong masih muda
biasanya berwarna hijau muda sedangkan yang tua berwarna kuning kecoklatan dan
mudah pecah pada polong tua (Nurwardani, 2008).
Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang dapat bersimbiosis dengan
bakteri penambat N bebas dalam tanah atau tanaman leguminose sehingga tanaman
ini sangat jarang sekali memerlukan unsur hara N dalam jumlah yang besar.
Tanaman leguminose mempunyai kemampuan simbiosis secara mutualistik dengan
bakteri rhizobium sp yang tumbuh
didaerah sekitar akar tanaman (Fuskhah, dkk, 2009). Ciri-ciri dari tanaman yang
dapat bersimbiosis dengan bakteri penambat N yaitu adanya bintil atau nodul
disekitar akar tanaman tersebut apabila dibuka bintil tersebut berwarna yang
bermacam-macam sesuai kebutuhan N yang digunakan oleh tanaman.
Dari pratikum yang telah dilakukan terdapat banyak tanaman yang mati
sehingga tanaman kedelai kemudian ada yang disulam. Penyebab kematian tanaman
kedelai pada pratikum ini disebabkan oleh ketersedian air yang kurang mencukupi
bagi tanaman, kedalaman biji yang digunakan kurang efisien dan intensitas
cahaya matahari yang terlalu berlebih. Ketersedian air untuk tanaman kedelai
kurang karena dilapang sumber air sangat sulit dan waktu penanaman tanaman
tepat pada musim kemarau yang menyebabkan penguapan air dari dalam tanah
sehingga ketersedian air bagi tanaman kurang yang diakibatkan intensitas cahaya
terlalu berlebih. Pada penanaman biji tanaman kedelai digunakan kedalaman 3-5
cm dari permukaan tanah, dalam pratikum ada biji kedelai yang tidak tumbuh
karena kedalaman tanam kurang efisien sehingga tanaman terhambat
pertumbuhannya. Untuk solusi dari berbagai masalah yang ada agar tanaman
kedelai yangdiusahakan dapat tumbuh secara optimal maka dapat dilakukan
pemahaman dalam cara budidaya tanaman kedelai dan waktu tanam yang tepat
sehingga tanaman dapat tumbuh secara normal.
Dari data tanaman kedelai yang dilakukan dengan perlakuan dengan perbedaan
dosis pupuk terdapat perbedaan mulai dari tinggi tanaman sampai jumlah bintil
akar tanaman kedelai. Setiap kelompok memiliki persamaan yaitu peningkatan
tinggi tanaman, jumlah daun dan jarak antar ruas tetapi pada kelompok 3 dan 6
rata-rata jarak antar ruas memiliki data yang kecil yaitu 2,2 cm pada minggu ke
5 dibandingkan data dari kelompok yang lain, hal tersebut diakibatkan karena
adanya tanaman kedelai yang disulam sehingga pertumbuhan tanaman kedelai
berbeda dan berpengaruh dalam pertumbuhan ruas tanaman kedelai. Untuk perlakuan
yang baik dalam mempengaruhi panjang akar tanaman yaitu terdapat pada kelompok
1 dan 4 yaitu 27,6 cm sehingga berpengaruh dalam proses eksploitasi unsur hara
dan air didalam tanah. Untuk jumlah akar yang paling baik terdapat pada
kelompok 3 dan 6 yaitu 11 yang berfungsi sebagai penyebaran akar tanaman
didalam tanah sehingga jumlah akar yang banyak berpengaruh dalam optimalisasi
penyerapan air dan unsur hara dalam tanah. Semakin banyak bintil maka
penyerapan unsur hara terutama N dapat dioptimalkan oleh akar tanaman karena
bintil banyak mengandung bakteri penambat N bebas sehingga mengurangi
penggunaan pupuk Urea. Perlakuan yang paling bagus dalam jumlah bintil akar
yang baik adalah perlakuan 2 dan 5 yaitu mempunyai bintil sebesar 16,6.
Perlakuan yang paling bagus adalah pada kelompok 2 dan 5 karena memiliki bintil
akar yang banyak sehingga tanaman dapat efisien dalam penggunaan unsur hara N.
BAB 5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1.
Pengimporan
kedelai di Indonesia perlu dilakukan karena ada beberapa faktor yang
mengharuskan pemerintah untuk mengimpor kedelai demi kepentingan ketahanan
pangan Nasional.
2.
Adanya
bakteri penambat N bebas membantu tanaman kedelai dalam mengefisienkan
pemupukan yang diberi petani sehingga tanaman kedelai memerlukan sedikit unsur
N dalam pemupukan tanaman.
3.
Terdapat
beberapa faktor yang berpengaruh dalam kematian tanaman kedelai.
5.2 Saran
Untuk melakukan budidaya untuk tanaman pertanian terutama kedelai perlu
memperhatikan beberapa faktor yang dapat menghambat dalam produksi tanaman
kedelai seperti lingkungan, cara budidaya dan lain-lain serta memperhatikan
dosis pupuk yang akan diberikan sehingga pemberian pupuk lebih efisien
digunakan tanaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Al
Omran et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in
Greenhouse Tomato Production under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal Of Agricultural Science And Technolog 14: 939-950.
Darsono. 2009.
Analisis Dampak Pengenaan Tarif Impor Kedelai bagi Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian 5(1): 1-21.
Fitter dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Gardner, dkk. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press).
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah
dan Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
Mohammadi et
al. 2009. Cumulative and Residual Effects of Organic Fertilizer Application
on Selected Soil Properties, Water Soluble P, Olsen-p and P Sorption Index. Journal Of Agricultural Science
And
Technology 11:
487-497.
Nurwardani. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih
Jilid 1 Untuk SMK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Purwaningsih, Sri.
2007. Isolasi, Enumerasi, dan Karakterisasi Bakteri Rhizobium dari Tanah Kebun Biologi Wamena, Papua. Biodiversitas 6(2): 82-84.
Ryan et
al. 2009. Nitrogen
Fertilizer Response of Some Barley Varieties in Semi-Arid Conditions in
Morocco. Journal Of Agricultural Science
And
Technologyl
11: 227-236.
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia
Tumbuhan Edisi Keempat. Bandung: ITB.
Shanti, Ratna.
2009. Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan Pengolahan Tanah terhadap Hasil Kacang
Tanah (Arachis hypogea L). Jurnal Agrifor 8(1): 40-47.
Syawal, Yernelis. 2007. Efek Mulsa Alang-Alang, Pupuk P dan Pengolahan Tanah pada
Tanaman Kedelai dan Gulma. Jurnal
Agrivigor 6(2): 161-168.
Sutejo, Mul Mulyani. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar