Jumat, 17 Mei 2013

Laporan Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati



BAB 1 PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pestisida merupakan senyawa kimia yang disusun untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Di Indonesia pestisida sering digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman tetapi pada saat ini pestisida banyak ditemukan residu khususnya di tanaman dan tanah sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pestisida kimia. Pada dasarnya pestisida dibagi menjadi 2 menurut jenisnya yaitu pestisida kimia dan pestisida alami atau nabati. Pestisida kimia merupakan pestisida yang dibuat dari bahan kimia oleh manusia yang berguna dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pestisida kimia ini sering memiliki residu kimia yang tinggi baik didalam tanaman ataupun didalam tanah sehingga mengganggu lingkungan. Banyaknya terjadi gangguan lingkungan akibat pestisida kimia sehingga memunculkan suatu ide yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang salah satu tujuannya adalah mengendalikan hama dengan menggunakan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati.
Pestisida nabati merupakan pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit bagi tanaman yang terbuat dari bahan alami seperti organ tanaman, atau minyak yang dihasilkan oleh tanaman. Pestisida nabati memiliki beberapa keunggulan seperti mudah terurai oleh sinar matahari, tidak menyebabkan gangguan lingkungan dan lin-lain sedangkan untuk kerugian bagi penggunaan pestisida nabati ini yaitu cara aplikasiannya harus berulang kali karena mudah terurai oleh sinar matahari, harganya tidak terjangkau oleh petani karena pembuatan pestisida ini menggunakan bahan dari alam yang memiliki stok yang tidak mencukupi bagi pembuatan pestisida nabati secara masal. Pestisida memiliki beberapa jenis menurut hama yang akan dikendalikan yaitu insektisida, nematisida, bakterisida dan lain-lain.
Pembuatan pestisida nabati ini sangat mudah dan tidak perlu peralatan yang canggih cukup blender. Misalkan pembuatan pestisida nabati menggunakan daun mimba. Caranya adalah daun dimasukkan kedalam blender dan ditambahkan air secukupnya lalu diambil air dari hasil gilingan kemudian didiamkan semalam. Secara ekonomis sebenarnya pengguaan pentisid nabati ini dapat dikembangkan tetapi masalahnya adalah bahan baku untuk pestisida ini perlu dikembangkan sehingga penggunaan pestisida nabati dapat dioptinalkan oleh petani sehingga petani beralih untuk menggunakan pestisida nabati. Keuggulan pestisida nabati ini salah satunya adalah pestisida nabati tidak mengganggu kehidupan musuh alami sehingga tidak terjadi gangguan pada lingkungan.
Penggunaan pestisida nabati ini diharapkan dapat menekan populasi hama yang menyerang tanaman tetapi penggunaan pestisida ini jarang sekali mematikan hama tetapi hanya menyebabkan toxin pada hama tersebut sepeti racun perut, penguranag nafsu makan hama dan lain-lain. Penyebab tersebut yang mengurangi minat petani untuk menggunakan pestisida nabati karena petani menginginkan hama yang menyerang tanaman dapat langsung mati dan populasinya menurun secara drastis tetapi petani tidak memikirkan residu yang akan terjadi pada lingkungan. Penggunaan pestisida kimia juga harus mematuhi peraturan penggunaan seperti menggunakan pakaian yang lengkap ketika dilakukan penyemprotan, menggunakan dosis yang tepat dan lain-lain,

1.2    Tujuan
1.    Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk pestisida nabati
2.    Untuk mengetahui cara pembuatan pestisida nabati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang dihailkan dari tanaman dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Pestisida nabati merupakan pestisida yang dapat menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis. Pestisida nabati adalah pestisida yang ramah lingkungan serta tanaman-tanaman penghasilnya mudah dibudidayakan salah satunya seperti sereh dapur, sereh wangi dan nimba yang dapat dibuat menjadi bentuk minyak tanaman (Adnyana, dkk, 2012). Penggunaan pestisida nabati ini biasanya mengunakan organ tanaman seperti daun, akar, biji dan buah tanaman yang menghasilkan suatu senyawa tertentu yang dapat menghalau serangga untuk memakan atau bahkan mematikan serangga tersebut.
Penggunaan pestisida nabati sebenarnya dapat diterapkan diberbagai daerah tetapi perlu memperhatikan waktu, dosis dan lain-lain agar efektif mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. salah satu tanaman yang banyak digunakan dalam pestiisida nabati adalah dun mimba dan cengkeh. Ekstrak mimba dan cengkeh telah banyak dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan jamur patognik tanaman ekstrak atau eugenol asal daun, bunga dan gagang cengkeh telah dibuktikan toksik terhadap F. oxysporum, F. solani, R. lignosis, P. capsici, S. roflsii dan R. solani (Tombe, Mesak, 2008). Tetapi dalam pengaplikasian pestisida nabati harus tepat sehingga hama dapat dikendalikan populasinya. Apabila populasi hama telah melewati ambang ekonomi maka cara terakhir adalah penggunaan pestisida kimia.
Pestisida nabati memiliki banyak macamnya berdasarkan fungsi mengendalikan hama seperti insektisisda, bakterisida, akarisida dan lain-lain. Penggunaan insektisida nabati dilakukan sebagai alternatif untuk mengendalikan ham tanaman sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan seperti penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M., 2010). Pengendalian hama dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari penurunan produksi yang cuup signifikan sehingga terdapat kerugian yang berarti dialami oleh petani. Penggunaan pestisida merupakan salah satu alternatif yang dilakukan selain penggunaan pengendalian dengan metode mekanik dan pengendalian musuh alami.
Menurut Kardinan (2002), penggunaan dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia mengalami beberapa kendala berikut : pestisida sintetis (kimia) tetap lebih disukai dengan alas an mudah didapat, praktis mengaplikasinya, hasilnya relatif cepat terlihat, tidak perlu membuat sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak, dan tidak perlu membudidayakan sendiri tanaman penghasil pestisida . Kurangnya rekomendasi dari para penyuluh karena mungkin keterbatasan pengetahuan para penyuluh tentang pestisida nabati, tidak tersedianya bahan tanaman secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan dan sulitnya regristasi pestisida nabati di komisi pestisida karena bahan aktif tidak dapat dideteksi. Walaupun demikian di Indonesia, akhir-akhir ini telah mulai banyak kegiatan-kegiatan petani dengan sistem pertanian organik yang menggunakan pestisida nabati. Aplikasi pestisida nabati dapat menggunakan alat semprot gendong. Apabila tidak mempunyai alat semprot , dapat dilakukan dengan menggunakan kuas untuk mengecat dinding atau merang yang diikat. Caranya alat tersebut dicelupkan ke dalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman. Semprotkan atau kibaskan cairan pestisida nabati ke bagian bawah tanaman (daun, bunga dll ).
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan berbagai macam hama sehingga hama tanaman yang menyerang dapat dikendalikan secara alami karena tidak menyebabkan racun bagi organisme lain (Oka, 1995).

BAB 3 METODOLOGI
3.1    Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian dengan acara “Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati” dilaksanakan pada hari Jumat, 23 November 2012 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
3.2    Alat dan Bahan
3.2.1   Alat
1.    Blender
2.    Timbangan

3.2.2   Bahan
1.        Air 1 liter
2.        Alkohol 70% 1 cc
3.        Biji nimbi 50 gr
4.        50 lembar daun sirsak
5.        Satu genggam (100 gr) rimpang  jaringau (delingu)
6.        Satu suing bawang putih
7.        Sabun colek 20 gr
8.        50 lembar daun sirsak
9.        5 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau
10.    20 liter air
11.    20 gr sabun colek/detergen
12.    8 kg daun mimba
13.    6 kg lengkuas
14.    6 kg serai
15.    20 kg sabun colek/detergen
16.    20 liter air

3.3    Metode
3.3.1 Ekstrak Nimba
1.      Menumbuk biji nimbi sampai halus dan mengaduk dengan alkohol
2.      Mengencerkan dengan  1 liter air
3.      Mengendapkan larutan semalam lalu menyaringnya
4.      Mengaplikasikan larutan ke tanaman
5.      Serangga akan mati setelah 2 hari
3.3.2 Ekstrak Daun Sirsak
1.      Melarutkan daun sirsak, jaringau (delingu), dan bawang putih
2.      Mencampur seluruh bahan dan merendam dengan air selama 2 hari
3.      Menyaring larutan
4.      Mencampur 1 liter larutan dengan 10-15 liter air
5.      Mengaplikasikan larutan ke tanaman
3.3.3 Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
1.      Menumbuk halus daun sirsak dan daun tembakau
2.      Mencampur bahan dengan air dan mengaduk hingga rata
3.      Mendiamkan bahan selama satu malam
4.      Menyaring larutan kemudian mengencerkan ( menambahkan 50-60 liter air)
5.      Mengaplikasikan larutan ke tanaman
3.3.4 Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)
1.      Menghaluskan daun nimbi, lengkuas dan serai
2.      Melarutkan bahan yang telah halus dalam 20 liter air
3.      Mendiamkan selama satu malan
4.      Menyaring larutan dan mengencerkan dengan 60 liter air
5.      Mengaplikasikan larutan ke tanaman untuk 1 ha lahan



BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
---------------------------------
4.2    Pembahasan
Pestisida nabati merupakan salah satu pestisida yang terbuat dari bahan alami seperti daun, biji getah yang dihasilkan oleh tanaman. pestisida ini tidak menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan seperti pestisida kimia sehingga tidak merugikan bagi lingkungan sekitar. Pestisida ini bekerja seperti pestisida kimia yang terkadang dapat membunuh hama yang menyerang tetapi kebanyakan pestisida ini hanya menurunkan tingkat serangan akibat adanya senyawa yang tidak disenangi oleh serangga. Berikut beberapa cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:
1.     merusak perkembangan telur, larva dan pupa.
2.     menghambat pergantian kulit.
3.     mengganggu komunikasi serangga.
4.     menyebabkan serangga menolak makan.
5.     menghambat reproduksi serangga betina.
6.     mengurangi nafsu makan.
7.     memblokir kemampuan makan serangga.
8.     mengusir serangga.
9.     menghambat perkembangan patogen penyakit.
Aplikasi pestisida ini kurang begitu digunakan dalam kalangan petani karena pestisida ini tidak memiliki tingkat kematian pada hama yang relatif kecil dibandingkan pada pestisida kimia. Pestisida nabati mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pestisida nabati yaitu murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak menimbulkan resistensi terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain, menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Sedangkan kelemahan dari pestisida ini yaitu daya kerjanya relatif lambat, tidak membunuh jasad sasaran secara langsung, tidak tahan terhadap sinar matahari, kurang praktis, tidak tahan disimpan, kadang-kadang harus diaplikasikan atau disemprotkan berulang-ulang dan lain-lain.
Cara pembuatan pestisida nabati dari berbagai jenis tumbuhan yang berhasil baik atauefektif di suatu tempat belum tentu berhasil baik pula ditempat lain karena setiap campuran dari pestisida nabati bersifat khusus lokasi artinya bahwa pestisida ini bekerja secara spesifik seperti pestisida dari biji mimba yang dapat mengendalikan serangga dan lain-lain. Hal ini disebabkan suatu tumbuhan yang sama tetapi jika tumbuh di lingkungan yang berbeda maka kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda pula. Oleh sebabitu dosis dan konsentrasi bahan aktif yang digunakan pun akan berbeda pula. Jadi ramuan pestisida nabati akan tergantung pada hasil pengujian di lokasi setempat dan tidak berlaku ditempat lain. Untuk menghasilkan pestisida nabati yang dibuat secara sederhana yaitu Penggerusan, penumbukan, pembakaran, atau pengepresan untuk menghasilkan produk berupatepung, abu, atau pasta, rendaman untuk mendapatkan ekstrak, rebusan bagian tanaman atau tumbuhan misalnya akar, batang, umbi, batang, daun, biji, danbuah ( Kardinan, 2002).
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman. Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian.
Pestisida nabati dapat dibuat dari tanaman disekitar kita karena setiap tanaman memiliki senyawa tersendiri yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Berikut ini beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan cara pembuatannya:
1. Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan sebagai bahan pestisida alami.  Caranya rendam batang atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga dengan direbus selama 15 menit.  Kemudian biarkan dingin lalu saring.  Air hasil saringan ini bisa digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

2. Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak.  Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air.  Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

1.    Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga. Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup.  Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari.  Bila ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air.  Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.

5. Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3 siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang bombay.  Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air lalu didinginkan.  Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian air, aduk kemudian saring.  Air saringan tersebut dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

5. Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung.  Tepung cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat digunakan untuk membasmi hama tanaman.

6. Kemangi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar, kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.

7. Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.

8. Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk. Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan. Kemudian biarkan dingin lalu saring.  Air dari saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai hama tanaman.

9. Daun Pepaya
a)    Ambil daun papaya sebanyak kurang lebih 1 (satu) kilogram, atau kira-kira sekitar 1 (satu) kantong plastik kresek besar. Lalu dilumatkan (bisa diblender) dan dicampurkan dalam 1 (satu) liter air, kemudian dibiarkan selama kurang lebih 1 (satu) jam. Langkah berikutnya disaring, lalu ke dalam cairan daun papaya hasil saringan ditambahkan lagi 4 (empat) liter air dan 1 (satu) sendok besar sabun.
b)   Ampas lumatan daun papaya bisa dimasukkan ke dalam komposter untuk tambahan bahan kompos. Cairan air papaya dan sabun sudah dapat digunakan sebagai pestisida alami.
c)    Semprotkan cairan ini pada hama-hama yang mengganggu tanaman kita. Semprotan pestisida air papaya dan sabun ini dapat membasmi aphid (kutu daun), rayap, hama-hama ukuran kecil lainnya, termasuk ulat bulu.
(Setiawati, W, dkk,. 2008)
Dari data pengamatan yang telah diperoleh dengan berbagi ekstraksi dari tanaman yang digunakan pestisida nabati yaitu ekstrak nimba, ekstrak daun sirsak, ekstrak sirtem (sirih dan tembakau) dan ekstrak belengse (nimba, lengkuas dan serai) memiliki ciri khas dari 3 hari pengamatan. Untuk ekstrak nimba mulai dari hari pertama pengamatan sampai akhir pengamatan  memiliki warna hijau sampai hijau tua, aromanya menyengat sedangkan hari terakhir tidak menyengat dan memiliki endapan yang berwarna hijau tua pada bagian bawah botol. Ekstrak daun sirsak mengalami perubahan pada hari 1 pengamatan memiliki warna hijau kekuningan sedangkan hari terakhir memiliki warna hijau kehitaman, untuk aroma tetap menyengat dan memiliki endapan. Ekstrak sirtem memiliki beberapa perubahan seperti warna, aroma dan endapan. Warna ekstrak sirtem tetap hijau tua pekat dari pertama pengamatan sampai akhir pengamatan, aroma dari ekstrak sirtem menyengat pada awal pengamatan sedangkan akhir pengamatan tidak menyengat dan untuk endapan tetap memiliki endapan. Ekstrak belengse mengalami beberapa perubahan yaitu warna hijau pada awal pengamatan dan hijau kekuningan pada akhir pengamatan, untuk aroma memiliki aroma yang menyengat pada awal pengamatan dan tidak menyengat pada akhir pengamatan dan tetap memiliki endapan dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan.


BAB 5 KESIMPULAN

5.1    Kesimpulan
Dari beberapa hasil dan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Pestisida nabati merupakan suatu senyawa yang dapat mengendalikan hama dan penyakit bagi tanaman tetapi tidak merugikan lingkungan karena terbuat dari bahan yang alami.
2.    Pestisida nabati memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
3.    Cara aplikasi dan cara pembuatan pestisida nabati sangat mudah karena bahan dapat dicari dilingkungan sekitar.
4.    Ada beberapa tanaman yang digunakan untuk pestisida nabati seperti tomat, serai, pepaya dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, dkk. 2012. Efikasi Pestisida Nabati Minyak Atsiri Tanaman Tropis terhadap Mortalitas Ulat Bulu Gempinis. Jurnal Agroekologi Tropika 1(1): 1-11.

Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati: Ramuan dan aplikasi. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya, Jakarta.

Oka, I.N. 1995. Pengendalian Hayati Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Setiawati, W, dkk. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati  dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Opt). Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Tohir, A.M. 2010. Teknik Ekstraksi Dan Aplikasi Beberapa Pestisida Nabati Untuk Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura Fabr.) Di Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian 15(1): 37-40.

Tombe, Mesak. 2008. Pemanfaatan Pestisida Nabati Dan Agensia Hayati Untuk Pengendalian Penyakit Busuk Jamur Akar Putih Pada Jambu Mete. Bulettin Littro 14(1): 68-77.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar